REPUBLIKA.CO.ID, BENGALURU -- Grup Alibaba China telah menjual sisa sahamnya di perusahaan pembayaran digital India Paytm seharga sekitar 13,78 miliar rupee atau sekitar 167,14 juta dolar AS. Menurut data bursa saham, penjualan itu melalui kesepakatan blok.
Keluarnya Alibaba terjadi beberapa hari setelah Paytm membukukan laba operasi kuartalan pertamanya sebagai perusahaan yang terdaftar di bursa. Ini sembilan bulan lebih cepat dari target mereka sendiri.
Alibaba.com Singapore E-Commerce Pvt Ltd menjual 21,4 juta saham Paytm pada Jumat lalu seharga 642,74 rupee per lembar. Data bursa saham NSE menunjukkan, angka itu turun sembilan persen dibandingkan penutupan pada Kamis lalu.
Saham Paytm jatuh hampir delapan persen pada Jumat. Maka ditutup pada 650,55 rupee, tetapi masih naik hampir 23 persen sepanjang tahun ini.
Data menunjukkan, Morgan Stanley Asia (Singapore) Pte membeli 5,42 juta saham Paytm seharga 640 rupee pada Jumat lalu. Belum jelas mengapa Alibaba menjual saham tersebut.
Dilansir Zawya.com pada Ahad (12/2/2003), Paytm dan Alibaba tidak segera menanggapi permintaan komentar. Sebelumnya pada Januari, Alibaba menjual 3,1 persen saham perusahaan melalui kesepakatan blok senilai 125 juta dolar AS. Sebelumnya, perusahaan China tersebut memiliki 6,26 persen saham di Paytm. Paytm yang juga didukung oleh Ant Group China dan SoftBank Group Corp Jepang, berada di bawah tekanan agar segera mencatat untung sejak memasuki bursa di saat yang suram pada November 2021.
Saham telah menurun sekitar 70 persen sejak listing. Lalu anjlok 60 persen pada 2022.
Awal pekan ini, Macquarie Research menggandakan peningkatan saham menjadi mengungguli dari berperforma buruk. Kemudian menaikkan target harga sekitar 80 persen menjadi 800 rupee.
"Mungkin penurunan terakhir pada saham di sisi jual. Kami mengubah pandangan kami dan menggandakan peningkatan PayTM untuk mengungguli," kata analis Macquarie Suresh Ganapathy.
Analis melihat perubahan yang sangat terlihat dalam pendekatan manajemen untuk menghasilkan keuntungan sebagaimana dibuktikan oleh profitabilitas inti EBIDTA yang dilaporkan baru-baru ini. "Kami sebelumnya memperkirakan kerugian akan terus berlanjut tetapi pada tingkat pendapatan saat ini dan pengaruh operasi yang meningkat, kami memperkirakan keuntungan akuntansi akan dihasilkan oleh perusahaan pada laporan tahunan 2026 (FY26)," tuturnya.