Ahad 12 Feb 2023 15:14 WIB

Akhirnya Anies Buka Suara Soal Utang Terkait Pilgub DKI

Akhirnya mantan gubernur Anies Baswedan buka suara soal utang Rp 50 miliar di Pilgub.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bilal Ramadhan
Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (tengah). Akhirnya mantan gubernur Anies Baswedan buka suara soal utang Rp 50 miliar di Pilgub.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (tengah). Akhirnya mantan gubernur Anies Baswedan buka suara soal utang Rp 50 miliar di Pilgub.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capres yang diusung Koalisi Perubahan, Anies Baswedan, akhirnya buka suara soal utang Rp 50 miliar yang banyak dibicarakan satu pekan terakhir. Utang ini diberikan kepada Anies Baswedan dan Sandiaga Uno untuk Pilgub DKI 2017.

Saat menjadi bintang tamu YouTube Merry Riana, Anies mengatakan, saat masa kampanye memang banyak yang memberi sumbangan. Ada yang mereka tahu, ada yang mereka tidak tahu dan ada pula yang memberikan dukungan secara langsung.

Baca Juga

Soal Rp 50 miliar, ia menuturkan, bukan pinjaman tapi dukungan untuk kampanye, untuk perubahan dan untuk kebaikan yang pemberinya meminta dicatat sebagai utang. Bila Anies-Sandi berhasil, maka dukungan itu dicatat sebagai dukungan.

"Bila kita tidak berhasil dalam pilkada, maka itu menjadi utang yang harus dikembalikan. Siapa penjamin, yang menjamin Pak Sandi, jadi uangnya bukan dari Pak Sandi, itu ada pihak ketiga yang mendukung," kata Anies, Jumat (11/2/2023).

Tapi, bila pilkada kalah, Anies dan Sandi berjanji mengembalikan dan Anies jadi orang yang menandatangani surat pernyataan utang.Bila menang pilkada, maka ini dinyatakan sebagai bukan utang dan tidak perlu dikembalikan karena selesai.

"Jadi, itulah yang terjadi. Makanya, begitu pilkada selesai, menang, selesai," ujar Anies.

Anies turut menggaris bawahi perjanjian yang dibuat karena biasanya orang-orang berpikir ketika menang baru akan membayar. Tapi, ia berpendapat, ketika kalah, justru orang-orang itu akan berada di luar pemerintahan dan sah mencari uang.

Bisa berbisnis, bisa melakukan usaha-usaha apapun untuk mengembalikan uang itu. Malah, ia menekankan, ketika menang dan masuk pemerintahan, mereka seharusnya tidak boleh mencari uang dalam pemerintahan untuk membayar uang-uang tersebut.

Ia merasa, ini yang menjebak selama ini dengan segala macam praktek-praktek penggalangan dana untuk biaya pilkada. Kemarin, Anies menekankan, sebaliknya. Bila kalah, maka di luar pemerintahan, sah mencari uang, sah memiliki usaha.

"Tapi, begitu menang, saya di pemerintahan, malah tidak usah. Justru, itulah dukungan anda untuk Jakarta yang lebih baik, untuk membawa perubahan Jakarta," kata Anies.

Menurut Anies, ini pola pikir baru yang ingin dibawa. Ia menuturkan, lantaran ada yang mengungkap cerita ini sekalian saja diceritakan lengkap. Apalagi, ada dokumen, sehingga suatu saat perlu dilihat disilakan karena ini soalan biasa.

Ia menegaskan, tidak ada utang apapun yang hari ini harus dilunasi. Sebab, saat pilkada selesai dan Anies-Sandi menang, menjadi aneh ketika dibicarakan soal ada utang belum selesai karena memang perjanjian yang dibuat memang seperti itu.

"Saya berharap, mudah-mudahan pola seperti ini bisa menjadi bahan referensi untuk dipikirkan, mendukung untuk perubahan, bukan mendukung sebagai investasi untuk nanti dikembalikan dalam privilege-privilege," ujar Anies.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement