Ahad 12 Feb 2023 19:07 WIB

Vale Garap Pembangunan Smelter Nikel Rendah Karbon di Morowali

Vale dan BNSI meresmikan pembangunan proyek pertambangan dan pengolahan nikel.

PT Vale Indonesia memanfaatkan aliran sungai menjadi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Luwu Timur untuk mendukung operasional pertambangan nikel. PT Vale Indonesia Tbk (Vale) dan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI) meresmikan pembangunan proyek pertambangan dan pengolahan nikel rendah karbon terintegrasi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Foto: Dok Vale
PT Vale Indonesia memanfaatkan aliran sungai menjadi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Luwu Timur untuk mendukung operasional pertambangan nikel. PT Vale Indonesia Tbk (Vale) dan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI) meresmikan pembangunan proyek pertambangan dan pengolahan nikel rendah karbon terintegrasi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, MOROWALI -- PT Vale Indonesia Tbk (Vale) dan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI) meresmikan pembangunan proyek pertambangan dan pengolahan nikel rendah karbon terintegrasi di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Kedua perusahaan juga melaksanakan peletakan batu pertama sekaligus untuk lokasi pertambangan dan juga untuk pabrik pengolahan nikel. Lokasi pertambangan berada di Kecamatan Bungku Timur dan Bahodopi sementara lokasi pabrik pengolahan berada di Desa Sambalagi, Kecamatan Bungku Pesisir.

Dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia pada Sabtu (12/2/2023), proyek Morowali akan dikembangkan oleh Vale dan mitranya. Vale berperan penuh dalam pembangunan dan pengoperasian fasilitas pertambangan. Sementara, BNSI adalah perusahaan yang didirikan Vale dan merupakan perusahaan patungan antara Vale dan mitranya. BNSI akan bertanggung jawab atas pembangunan dan pengoperasian pabrik pengolahan.

Baca Juga

Berdasarkan Peraturan Menko Perekonomian, Proyek Morowali ini telah dinyatakan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah pada 2022. Menko Airlangga menyatakan, proyek Morowali ini bentuk dari harapan pemerintah demi terwujudnya hilirisasi sumber daya alam untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Smelter yang akan dibangun di Sambalagi akan menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Didukung sumber listrik dari gas alam, akan menjadi pabrik yang andal, hemat energi, dan ramah lingkungan.

Pembangkit listrik gas alam akan menjadi kontributor utama untuk mengurangi emisi karbon dari keseluruhan operasi proyek ini. Pengurangan emisi karbon telah menjadi bagian dari peta jalan keberlanjutan Vale, dengan target pengurangan emisi karbon hingga 33 persen pada 2030.

Vale dan mitra mengalokasikan total biaya investasi hingga Rp 37,5 triliun dengan kapasitas produksi 73 ribu ton per tahun.

“Kehadiran proyek Morowali ini representasi komitmen kami menjadi produsen nikel yang andal dan berkelanjutan bagi Indonesia dengan jejak karbon terendah. Kami akan membawa praktik-praktik pertambangan terbaik yang dilakukan di Blok Sorowako ke Morowali. Selain menyukseskan program hilirisasi pemerintah, kami juga ingin berkontribusi untuk masyarakat dan bumi kita,” ungkap CEO dan Presiden Direktur Vale Febriany Eddy. 

Presiden Komisaris Vale dan Wakil Presiden Eksekutif Bisnis Base Metal Vale Deshnee Naidoo menyampaikan, peletakan batu pertama tersebut menunjukkan komitmen perseroan dalam mendorong kemajuan.

"Kami bersemangat mewujudkan proyek pertumbuhan yang kritikal yang akan menghasilkan produksi nikel rendah karbon dengan aman dan berkelanjutan serta mendukung rantai pasokan domestik untuk bahan transisi energi dan kendaraan listrik,” ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement