REPUBLIKA.CO.ID, MANILA – Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. bertekad mempertahankan wilayah perairan negaranya di Laut Cina Selatan. Filipina merupakan salah satu negara Asia Tenggara yang terlibat persengketaan klaim di wilayah perairan strategis tersebut.
Marcos mengatakan, dia ingin nelayan di negaranya bisa menangkap ikan di daerah penangkapan ikan tradisional mereka, termasuk di wilayah Laut Cina Selatan. “Ini bukan langkah besar. Kami tidak ingin menjadi provokatif. Tapi kami merasa ini akan membantu memastikan bahwa ada jalur yang aman di Laut Cina Selatan. Lebih jauh lagi, kami melakukan semua yang kami bisa untuk melindungi wilayah laut kami,” ujar Marcos dalam sebuah wawancara dengan Nikkei Asia, Ahad (12/2/2023).
Dalam kunjungannya baru-baru ini ke Jepang, Marcos dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida sepakat untuk meningkatkan kerja sama pertahanan kedua negara. Mereka mengisyaratkan kemungkinan perjanjian pasukan kunjungan. Perjanjian tersebut bakal memudahkan pasukan Jepang dikerahkan ke Filipina untuk keperluan tanggap bencana dan latihan militer. “(Perjanjian kunjungan pasukan) tentu sedang dipelajari dan sudah ada proposal untuk wilayah-wilayah tertentu,” ungkap Marcos kepada Nikkei Asia.
"Suhu di kawasan perlahan-lahan meningkat. Sebagai tanggapan, kami juga harus lebih bijaksana dalam memastikan bahwa kami mempertahankan wilayah kedaulatan kami dengan baik," kata Marcos.
Awal bulan ini, Marcos memberi militer Amerika Serikat (AS) akses ke empat pangkalan tambahan di Filipina. Situs potensial baru terletak di Filipina utara, dekat dengan Taiwan dan Laut Cina Selatan. Kesepakatan akses pangkalan yang diperluas adalah bagian dari upaya untuk memperkuat dan memodernisasi aliansi Filipina dan AS di bawah 1951 Mutual Defense Treaty.
Washington telah meyakinkan Manila bahwa Laut Cina Selatan tercakup dalam perjanjian itu. Artinya setiap serangan bersenjata terhadap kapal atau pesawat Filipina akan memicu tanggapan dari Washington.
Cina adalah mitra dagang utama Filipina. Bulan lalu Marcos mengunjungi Beijing dan bertemu Presiden Xi Jinping. Kunjungannya ke Negeri Tirai Bambu menghasilkan janji investasi senilai 22,8 miliar dolar AS. Saat ditanya Nikkei Asia tentang apakah ada kekhawatiran bahwa perjanjian keamanan baru Filipina dengan Jepang dan AS akan menggagalkan investasi Cina, Marcos mengatakan, tak satu pun dari kerja sama pertahanan itu ditujukan terhadap Beijing.
“Sekarang, koordinasi, latihan bersama yang sekarang kami lakukan dengan negara lain seperti Jepang, seperti Korea Selatan, seperti Australia, benar-benar merupakan tanggapan kami semua terhadap apa yang kami lihat sebagai peningkatan ketegangan di kawasan,” kata Marcos.
Dia mengungkapkan, kepentingan primordial adalah melanjutkan jalur aman di Laut Cina Selatan, di mana perdagangan senilai sekitar 3 triliun dolar terjadi setiap tahun. “Ekonomi kita banyak yang bergantung padanya (Laut Cina Selatan). Jepang, termasuk Cina sekalipun. Itu adalah sesuatu yang sangat, sangat penting bagi kita semua di kawasan ini,” ucapnya.