Senin 13 Feb 2023 07:49 WIB

Pakar: Cina Perlu Kebijakan Keluarga yang Lebih Kuat

Tahun lalu pertama kalinya sejak 1961 angka kelahiran di Cina Daratan turun drastis.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
 Warga dengan anak-anak dan balita mereka bermain di lapangan hijau di luar mal di Beijing, Ahad, 4 Desember 2022 (ilustrasi). Pakar mengatakan Cina harus memperkuat inisiatif untuk masyarakat membangun keluarga. Saat jatuhnya angka kelahiran di dapat mengancam perekonomian terbesar kedua di dunia.
Foto: AP/Andy Wong
Warga dengan anak-anak dan balita mereka bermain di lapangan hijau di luar mal di Beijing, Ahad, 4 Desember 2022 (ilustrasi). Pakar mengatakan Cina harus memperkuat inisiatif untuk masyarakat membangun keluarga. Saat jatuhnya angka kelahiran di dapat mengancam perekonomian terbesar kedua di dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pakar mengatakan Cina harus memperkuat inisiatif untuk masyarakat membangun keluarga. Jatuhnya angka kelahiran ini dapat mengancam perekonomian terbesar kedua di dunia.

Bulan lalu, Pemerintah Cina mengatakan tahun lalu pertama kalinya sejak 1961 angka kelahiran di Cina Daratan turun 850 ribu menjadi 1,42 miliar. Cina berpotensi turun di posisi kedua di belakang India sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia.

Baca Juga

Tampaknya akan menjadi awal penurunan angka kelahiran jangka panjang yang berdampak pada ekonomi dan dunia. Deputi Direktur Asosiasi Perencanaan Keluarga Cina Wang Pei'an mengatakan, pemerintah harus menciptakan insentif pajak berdasarkan unit keluarga untuk mendorong angka kelahiran.

Di Forum Pembangunan dan Masyarakat Cina di Beijing, Ahad (12/2/2023) Wang mengutip tren semakin banyak anak muda enggan memiliki anak. Ia mengatakan, perlu lebih banyak insentif pada pekerjaan, perawatan medis, keamanan sosial, dan perumahan yang dapat mendorong masyarakat membangun keluarga.

Dari 1980 sampai 2015, Pemerintah Cina memberlakukan kebijakan satu anak per keluarga. Namun kini populasi menurun, pemerintah berusaha mendorong angka kelahiran.

Terdapat seruan untuk kebijakan yang mendukung masyarakat membangun keluarga. Pakar kesehatan merujuk faktor-faktor seperti kekhawatiran pada pengeluaran dan fokus perempuan muda para karirnya.

Dalam survei yang dikutip stasiun televisi pemerintah CCTV, rata-rata rumah tangga Cina pada 2020 turun 2,62 orang. Survei menemukan perempuan yang lahir di tahun 1990-an merasa jumlah ideal adalah 1,54 sementara yang lahir pada 2000-an hanya 1,19. Persentase perempuan yang tidak pernah memiliki anak naik dari 6,1 persen pada tahun 2015 menjadi 10 persen pada 2020.

"Di Cina, tingkat perlindungan pada ibu masih sangat rendah," kata Wang, ia menambahkan tanpa upaya menumbuhkan kebutuhan untuk menikah dan memiliki anak akan sangat sulit menaikan angka kelahiran.

Survei CCTV menemukan perempuan juga semakin lama menunda pernikahan dari tahun 1980-an rata-rata menikah di usia 22 tahun menjadi 26,3 tahun di tahun 2020. Memiliki anak pertama di usia 27,2 tahun.

Wang mengutip survei Pusat Penelitian Pengembangan dan Populasi Cina tahun 2021. Survei menunjukkan, kurang dari 70 persen perempuan di bawah 35 tahun merasa hidupnya sudah lengkap dengan hanya memiliki satu anak.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement