REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebuah jet tempur Amerika Serikat (AS) menembak jatuh objek tak dikenal atas perintah dari Presiden Joe Biden di atas Danau Huron pada Ahad (12/2/2023). Pentagon melaporkan, benda tersebut diyakini sama dengan yang dilacak di Montana dan dipantau oleh pemerintah mulai malam sebelumnya.
Benda ini adalah objek keempat yang ditembakkan dari langit oleh jet tempur AS dalam delapan hari, termasuk di atas Alaska dan Kanada serta balon milik Cina yang dicurigai. Pejabat Pentagon mengatakan, tidak ada catatan penembakan terakhir dari objek yang tidak dikenal atau tidak sah di wilayah AS terjadi sebelum sebanyak serentetan insiden ini.
Otoritas AS telah memperjelas bahwa terus memantau kedipan radar yang tidak diketahui. Menutup wilayah udara sebagai tindakan pencegahan untuk mengevaluasinya pun sedang dipertimbangkan.
Aktivitas pertahanan udara yang luar biasa dimulai pada akhir Januari. Sebuah bola putih yang menurut para pejabat berasal dari Cina muncul di atas AS dan melayang di atas negara tersebut selama berhari-hari sebelum jet tempur menjatuhkannya di lepas pantai Pantai Myrtle, Carolina Selatan.
Penghancuran itu ditampilkan melalui siaran langsung. Sejak saat itu, banyak warga AS yang terpikat oleh drama yang terjadi di langit saat jet tempur berebut untuk menembak jatuh objek.
Laporan terbaru pertama kali terdeteksi pada di atas Montana Sabtu (11/2/2023) malam, tetapi awalnya dianggap sebagai anomali. Pejabat AS yang menolak menyebutkan nama menyatakan, radar menunjukan lagi melayang di atas Semenanjung Atas Michigan dan melewati Danau Huron pada Ahad (12/2/2023).
Pihak berwenang AS dan Kanada telah membatasi beberapa wilayah udara di atas danau pada Ahad pagi ketika pesawat dikerahkan untuk mencegat dan mencoba mengidentifikasi objek tersebut. Benda itu berbentuk segi delapan, dengan senar menggantung, tetapi tidak memiliki muatan yang terlihat. Itu terbang rendah sekitar 20.000 kaki.
Sementara itu, para pejabat AS masih berusaha untuk secara tepat mengidentifikasi dua objek lain yang ditembak jatuh oleh jet tempur F-22. Pemerintah sedang meneliti untuk menentukan apakah Cina bertanggung jawab karena meningkatnya kekhawatiran sebagai program pengawasan udara skala besar.
Para pejabat mengatakan tiga objek lainnya tidak konsisten dengan armada balon pengintai udara Cina yang menargetkan lebih dari 40 negara, setidaknya sejak pemerintahan Donald Trump. Kasus-kasus tersebut telah meningkatkan ketegangan diplomatik antara Washington dan Beijing.