Senin 13 Feb 2023 09:27 WIB

IHSG Dibuka Naik Saat Bursa Kawasan Asia Melemah

Investor pertimbangkan prospek ekonomi dan pengetatan kebijakan moneter AS.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Karyawan mengamati pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/2/2023) (ilustrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan Senin (13/2/2023).
Foto: Republika/Prayogi.
Karyawan mengamati pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/2/2023) (ilustrasi). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan Senin (13/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan Senin (13/2/2023). IHSG bergerak naik ke level 6.895,46 atau menguat 0,22 persen setelah ditutup terkoreksi 0,25 persen pada akhir pekan lalu.

Indeks saham di Asia pagi ini dibuka turun setelah indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu di tutup beragam dan ketiga indeks mencatatkan penurunan pekanan. Sepanjang pekan lalu, DJIA turun 0,17 persen, S&P 500 jatuh 1,11 persen dan NASDAQ anjlok 2,41 persen. 

Baca Juga

"Investor mempertimbangkan prospek ekonomi dan potensi pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut oleh bank sentral AS, Federal Reserve," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Senin (13/2/2023).

Pergerakan di pasar obligasi kembali memicu kekhawatiran atas kemungkinan resesi. Selisih imbal hasil (yield spread) antara surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) yang bertenor 10 tahun dan dua tahun melebar ke level tertinggi sejak pertengahan Desember 2022.

Untuk pekan ini, investor mengantisipasi sejumlah rilis data ekonomi penting seperti data pertumbuhan ekonomi (PDB) Jepang, keputusan suku bunga acuan di China, data pasar tenaga kerja di Australia dan Korea Selatan serta data inflasi (CPI) AS.

Investor memprediksi inflasi AS akan naik 0,4 persen secara bulanan tapi secara tahunan turun menjadi 6,2 persen pada Januari dari 6,5 persen pada bulan sebelumnya. Inflasi inti (Core CPI) diprediksi naik 5,5 persen yoy, melambat dari 5,7 pereen yoy di bulan Desember 2022.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah terpangkas lebih dari dua persen setelah Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak pada Jumat lalu mengatakan, Rusia akan mengurangi produksi minyak sebesar 500 ribu barel per hari mulai Maret. Pengurangan ini kurang lebih sama dengan lima persen dari produksi minyak terkini Rusia.

Keputusan ini di ambil menyusul pemberlakuan larangan pembelian minyak mentah asal Rusia dan produk turunannya oleh Dunia Barat pada Desember 2022 dan Februari 2023.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement