REPUBLIKA.CO.ID, GAZIANTEP -- Korban tewas akibat gempa dahsyat yang terjadi sepekan ini di tenggara Turki dan Suriah utara diperkirakan melampaui 56 ribu orang. Hal ini disampaikan Kepala Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Martin Griffiths, yang dilansir Associated Press, Senin (13/2/2023).
"Saya pikir sulit untuk memperkirakan dengan tepat karena kita harus berada di bawah reruntuhan, tetapi saya yakin itu akan berlipat ganda atau lebih," kata Griffiths kepada Sky News.
"Itu menakutkan. Ini adalah sifat alam, yang mengambil balik dengan cara yang tanpa belas kasih."
Dua kali guncangan gempa berkekuatan 7,8 dan 7,5 melanda Turki dan Suriah, dengan selisih sembilan jam terpisah pada hari Senin, 6 Februari 2023 pekan lalu. Gempa ini merobohkan dan menghancurkan struktur bangunan bertingkat di wilayah tersebut.
Sekitar 13,5 juta orang tinggal di daerah pusat gempa menjadikan mereka kondisi yang paling hancur terdampak, kira-kira berdiameter 310 mil. Korban tewas terus meningkat setidaknya pada Ahad (12/2/2023) sore menjadi 33.185 korban jiwa yang tewas.
Operasi pencarian dan penyelamatan besar-besaran masih berlangsung pada Ahad kemarin hingga hari ini, dengan 34.717 personel Turki bergabung dengan 9.595 personel dari 74 negara lain. Pencarian respon pertama menggunakan kamera termal untuk mencari korban selamat di bawah tumpukan beton.
Sementara itu, pejabat Turki yakni Menteri Kehakiman Turki, Bekir Bozdag, Ahad lalu mulai menyelidiki kesalahan konstruksi bangunan yang membuat gedung-gedung bertingkat di beberapa wilayah mengabaikan faktor keamanan dari kehancuran gempa yang fatal.
Setidaknya 131 orang sedang diselidiki atas peran mereka dalam membangun gedung yang mengabaikan faktor keselamatan, sehingga membuat mudah runtuhnya pondasi bangunan saat terjadi gempa.