Senin 13 Feb 2023 23:33 WIB

AS Dituduh Latih Puluhan Teroris di Suriah untuk Serang Rusia

Badan Intelijen Rusia ungkap puluhan teroris dilatih AS dan berafiliasi dengan ISIS

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ilustrasi Kelompok ISIS.Badan Intelijen Asing Rusia atau dikenal dengan istilah SVR mengatakan, pihaknya telah menerima informasi bahwa Amerika Serikat (AS) sedang melatih puluhan anggota teroris untuk ditugaskan menyerang Rusia dan negara bekas Uni Soviet. Para teroris tersebut terafiliasi dengan kelompok ISIS dan al-Qaeda.
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Kelompok ISIS.Badan Intelijen Asing Rusia atau dikenal dengan istilah SVR mengatakan, pihaknya telah menerima informasi bahwa Amerika Serikat (AS) sedang melatih puluhan anggota teroris untuk ditugaskan menyerang Rusia dan negara bekas Uni Soviet. Para teroris tersebut terafiliasi dengan kelompok ISIS dan al-Qaeda.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Badan Intelijen Asing Rusia atau dikenal dengan istilah SVR mengatakan, pihaknya telah menerima informasi bahwa Amerika Serikat (AS) sedang melatih puluhan anggota teroris untuk ditugaskan menyerang Rusia dan negara bekas Uni Soviet. Para teroris tersebut terafiliasi dengan kelompok ISIS dan al-Qaeda.

Menurut SVR, terdapat 60 teroris yang sedang dilatih AS di pangkalan militer mereka di Suriah. “Mereka akan bertugas untuk mempersiapkan dan melakukan serangan teroris terhadap diplomat, pegawai negeri sipil, aparat penegak hukum dan personel angkatan bersenjata (Rusia),” kata SVR dalam sebuah pernyataan, Senin (13/2/2023).

SVR mengungkapkan, para teroris yang dilatih AS pun akan diperintahkan melancarkan serangan ke negara bekas Uni Soviet. “Perhatian khusus diberikan untuk menarik imigran dari Kaukasus Rusia Utara dan Asia Tengah,” kata SVR.

SVR tidak mengungkap sumber informasi intelijen yang menyebutkan bahwa AS sedang melatih puluhan teroris untuk menyerang Rusia. SVR pernah menjadi bagian dari badan intelijen Uni Soviet, KGB. Saat ini SVR dipimpin Sergei Naryshkin, salah satu tokoh yang memiliki kedekatan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Naryshkin sempat bertemu Direktur CIA William Burns di Ankara, Turki, tahun lalu.

Sementara itu AS telah menyerukan warganya yang berada di Rusia untuk segera meninggalkan negara tersebut. Washington pun menerbitkan peringatan perjalanan agar warganya tak melakukan perjalanan ke Rusia. Peringatan itu dirilis saat perang Rusia-Ukraina akan memasuki tahun pertama.

“Jangan bepergian ke Rusia karena potensi intimidasi dan pemilihan warga negara AS untuk ditahan oleh pejabat keamanan Pemerintah Rusia, penegakan hukum setempat yang sewenang-wenang, penerbangan terbatas masuk dan keluar Rusia, terbatasnya kemampuan kedutaan untuk membantu warga AS di Rusia,” kata Kedutaan Besar (Kedubes) AS di Moskow dalam sebuah pernyataan yang dirilis Ahad (12/2/2023), dikutip Anadolu Agency.

Warga AS yang sudah berada di Rusia pun diminta untuk segera meninggalkan negara tersebut. Kedubes AS menyinggung tentang risiko kesalahan penahanan. “Kemampuan Pemerintah AS untuk memberikan layanan rutin atau darurat kepada warga AS di Rusia sangat terbatas, terutama di daerah yang jauh dari Kedutaan Besar AS di Moskow, karena Pemerintah Rusia membatasi perjalanan personel dan staf kedutaan, serta penangguhan operasi yang sedang berlangsung, termasuk layanan konsuler di konsulat AS,” kata Kedubes AS untuk Rusia.

Kedubes AS mengungkapkan, otoritas Rusia dapat menolak mengakui warga AS yang berkewarganegaraan ganda dengan Rusia. Selain dapat dicegah kepergiannya, Moskow pun bisa memobilisasi mereka. Selain itu, Kedubes AS di Moskow memperingatkan bahwa kartu kredit dan debit AS tidak lagi berfungsi di Rusia. Opsi penerbangan komersial pun sangat terbatas.

Oleh karena itu, Kedubes AS di Moskow mendesak warga AS di Rusia untuk membuat pengaturan independen sesegera mungkin. Warga AS juga diminta untuk tidak berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa sosial maupun politik di Rusia serta tidak memotret petugas keamanan.

Konflik Rusia dan Ukraina akan memasuki tahun pertama pada 24 Februari mendatang. Saat ini belum ada tanda-tanda kedua negara bakal terlibat perundingan untuk mengakhiri pertempuran. Sejauh ini, AS, sebagai salah satu anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO), merupakan sekutu utama Kiev dalam menghadapi Moskow. Washington setidaknya telah memberikan paket bantuan sebesar 68 miliar dolar AS untuk Ukraina, termasuk bantuan militer.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement