Selasa 14 Feb 2023 07:25 WIB

Intimidasi Ekstremis Yahudi Terhadap Umat Kristen Yerusalem Meningkat

Pemerintah belum memberikan tanggapan terkait peningkatan insiden kekerasan ini.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
 Warga Kristen Yeruselam (ilustrasi). Selama beberapa minggu, anggota komunitas Kristen di Kota Tua Yerusalem mengatakan, mereka merasakan ada peningkatan intimidasi dan tekanan dari ultranasionalis Yahudi.
Foto: EPA
Warga Kristen Yeruselam (ilustrasi). Selama beberapa minggu, anggota komunitas Kristen di Kota Tua Yerusalem mengatakan, mereka merasakan ada peningkatan intimidasi dan tekanan dari ultranasionalis Yahudi.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Selama beberapa minggu, anggota komunitas Kristen di Kota Tua Yerusalem mengatakan, mereka merasakan ada peningkatan intimidasi dan tekanan dari ultranasionalis Yahudi. Awal bulan ini, seorang pria yang diidentifikasi oleh otoritas gereja sebagai seorang radikal Yahudi dipukuli dan ditahan setelah dia diduga merusak patung Yesus di Church of the Flagellation.

“Ini adalah gereja yang memperingati penderitaan Yesus, dan tepatnya di sini, melakukan (perusakan patung Yesus) adalah sesuatu yang sangat buruk,” kata Pastor Eugenio Alliata, yang bertanggung jawab atas koleksi arkeologi di Museum Terra Sancta.

Insiden itu mengikuti serangkaian peristiwa lainnya, termasuk grafiti yang bertuliskan 'Kematian bagi Orang Armenia' dan 'Kematian bagi Orang Kristen' ditulis dalam bahasa Ibrani di dinding Biara Armenia Saint James, awal Januari. Polisi Israel telah meningkatkan patroli di sekitar situs-situs Kristen di Yerusalem, ketika gereja-gereja melaporkan kekerasan dan intimidasi oleh orang-orang Yahudi setelah pengambilan sumpah pemerintahan sayap kanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

“Dalam dua bulan terakhir, menurut saya, sejak awal pemerintahan baru, serangan seperti ini menjadi sangat-sangat biasa. Dan masalahnya adalah kami merasa tidak ada yang bisa kami lakukan untuk mengatasinya," ujar seorang pemilik restoran di Kota Tua, Miran Krikorian.

Selain perusakan patung Yesus, Patriarkat Latin Yerusalem, kantor Uskup Agung Katolik Roma ritus Latin Yerusalem, mengatakan, setidaknya ada empat insiden vandalisme atau pelecehan kekerasan yang dilaporkan.

Salah satunya, sekelompok ekstremis Yahudi melemparkan kursi dan meja di sekitar area dekat markas Kustodi Tanah Suci. Hal ini menciptakan 'medan pertempuran' di kawasan Kristen. Sementara di tempat lain, pemakaman Kristen di Yerusalem juga dirusak.

“Ketika tidak ada reaksi tegas dari pemerintah, itu tidak hanya mendorong orang-orang ini untuk berperilaku sama, tetapi juga memberi kami perasaan bahwa pemerintah ingin memperlakukan minoritas Kristen seperti itu,” kata kanselir Patriarkat Armenia di Yerusalem, Pastor Aghan Gogchian.

Lorong-lorong sempit yang membentuk Kota Tua mengelilingi beberapa situs tersuci bagi orang Yahudi, Kristen, dan Muslim. Komunitas lokal telah lama mengembangkan cara hidup berdampingan dengan damai.

Polisi mengatakan seorang warga Amerika yang merupakan tersangka perusakan patung Yesus sedang menjalani evaluasi psikiatri, sebelum kemungkinan dideportasi.

Polisi tidak secara langsung menangani tuduhan bahwa insiden anti-Kristen sedang meningkat.  Tetapi mereka mengatakan, penangkapan telah dilakukan, dan beberapa dakwaan diajukan.

Sejauh ini pemerintahan Netanyahu maupun Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, belum memberikan tanggapan terkait peningkatan insiden kekerasan di lingkungan Kristen.

"Polisi meningkatkan patroli di sekitar Kota Tua, rumah ibadah, dan tempat-tempat suci dengan maksud untuk menjaga keamanan, ketertiban umum, dan kebebasan beragama untuk semua," kata pernyataan polisi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement