REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan pemerintah untuk menggenjot hilirisasi pertambangan disebut bisa mendongkrak kinerja emiten tambang khususnya nikel dan bauksit. Keduanya akan terpapar sentimen positif dari pengembangan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pefindo Niken Indriarsih mengatakan, emiten tambang nikel dan bauksit bisa memanfaatkan program hilirisasi untuk membangun ekosistem industri baterai EV melalui proyek smelter. "Emiten dengan komoditas nikel dan bauksit prospeknya lumayan baik karena ada hilirisasi ke arah smelter," kata Niken, Senin (13/2/2023).
Menurut Niken, dalam jangka panjang, nikel dan bauksit bisa memberikan konstribusi untuk pengembangan kendaraan listrik. Hasil olahan kedua komoditas tersebut bisa digunakan sebagai komponen baterai EV.
Bauksit bisa diolah menjadi logam alumina dan aluminium, sedangkan nikel bisa diolah menjadi lithium. Keduanya merupakan bagian dari komponen baterai EV.
"Dengan kebijakan hilirisasi, emiten tambang nikel dan bauksit berpeluang melakukan ekspor produk yang memiliki nilai tambah," kata Niken.
Di sisi lain, Niken menambahkan, program hilirisasi masih jadi pemberat bagi emiten batu bara. Sebabnya, ongkos produksi yang tinggi untuk menggenjot hilirisasi belum mendapat dukungan dari sisi pembiayaan.
Menurut Niken, pembiayaan untuk program hilirisasi batu bara saat ini masih terbatas. "Emiten batu bara tidak ada untuk surat utang karena dari sisi pendanaan kreditur akan membatasi untuk membiayai investasi yang terkait batu bara," terang Niken.