Selasa 14 Feb 2023 16:19 WIB

Konser 'Kenopsia', Coba Bangkitkan Dunia Perkusi Tanah Air dari Mati Suri

Indonesia dinilai layak menjadi mercusuar perkembangan musik perkusi dunia.

Red: Qommarria Rostanti
Yayasan Musik Amadeus Indonesia (YMAI) menggelar konser
Foto: YMAI
Yayasan Musik Amadeus Indonesia (YMAI) menggelar konser

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan tradisi perkusi yang kental, Dunia musik Indonesia memiliki tradisi perkusi yang kental. Kekayaan ini membuat Indonesia layak menjadi mercusuar perkembangan musik perkusi di Asia, bahkan dunia. Namun sayangnya, potensi ini belum sepenuhnya dikembangkan.

Yayasan Musik Amadeus Indonesia (YMAI) menjawab tantangan ini dengan gebrakan musik perkusi melalui "Kenopsia". "Kenopsia" merupakan konser perkusi penuh pertama dalam sejarah 30 tahun berdirinya yayasan tersebut. Konser ini menampilkan Amadeus Percussion Ensemble (Ampere). Konser ini menghadirkan Adi Schober, perkusionis Austria.

Baca Juga

Tidak hanya konser, YMAI sebelumnya juga mengadakan Indonesia Percussion Composition Competition (IPECC) dan Indonesia Percussion Meeting (IPM). Konser yang diadakan di gedung GoetheHaus Jakarta pada akhir pekan lalu ini mengukir sejarah dengan menampilkan world  premiere karya-karya pemenang IPECC. 

Program konser adalah "Novena" karya James Swearingen, diaransemen oleh I Nyoman Trieswra Minartha, kemudian karya-karya pemenang IPECC, antara lain "Dialektika, Dualitas, Kontradiksi" karya Arya Pugala Kitti dan Lucy Freia, "Restrained"  karya Andre, "March 16th" karya Jeremia Saputra, dan "Kenopsia" karya Regina  Budiyanto Sutisno. Paruh kedua konser menampilkan "Blue Samba" karya Murray Houllif, "Solo" karya Adi Schober, "The Music of James Bond" karya James Bocook diaransemen oleh I Nyoman  Trieswara Minartha, "Mambo Africano" karya Alice Gomez dan Marily Rife, lalu "Suite for Solo Drumset and Percussion Ensemble" karya David Mancini dengan solis Adi Schober.   

Grace Soedargo mendirikan Sekolah Musik Amadeus (SMA) di bawah naungan Yayasan Musik Amadeus Indonesia pada 1992. Sejak  itu, SMA telah mendidik ribuan murid dari berbagai usia, dimulai dari usia dua tahun.

Saat ini, terdapat lebih dari 200 siswa yang mempelajari piano, alat gesek, tiup, juga perkusi. Dengan 25 guru, SMA terus mengembangkan musik klasik di Indonesia melalui pendidikan di ruang  kelas, juga melalui bermain bersama di berbagai orkes  siswa dan ensambelnya. Sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah musik di Asia Tenggara yang berafiliasi dengan Johann Sebastian Bach Musikschule (JSBM), sebuah sekolah musik di Wina, Austria.

"Dengan mengadakan IPECC, IPM dan konser Kenopsia, Amadeus bermaksud membuat gebrakan dalam musik  perkusi di Indonesia," kata Grace. Dia berharap, para perkusionis Indonesia terinspirasi dan  bersemangat dalam mengembangkan permainannya sesuai standar dunia.

Adi Schober lahir pada 1967 di  Holabrunn, Austria. Ia mulai belajar perkusi pada  usia lima tahun dan juga mempelajari piano, orgel, dan terompet.

Studi perkusinya dilanjutkan di Hochschule für Musik und darstellende Kunst Wien di bawah Prof Horst Berger. Ia juga belajar drumset dan perkusi di bawah Prof Fritz Ozmec, lalu belajar perkusi jazz di Konservatorium der Stadt Wien di bawah Prof Walter Grassmann. 

Dia juga mempelajari pedagogi perkusi di bawah Prof Kurt Prihoda. Ia telah  mengajar  di berbagai kota di  Austria, mendirikan "Adi  Schober Quintett", bermain perkusi dalam orkestra dan big band dan menjadi direktur musik berbagai festival di Austria.  Sejak 2009, ia mengembangkan terapi melalui ritme bersama dr Kurt Sindermann dan dr Barbara Schaffer untuk orang-orang dengan gangguan mental. Adi memiliki studio rekaman pribadi di mana ia merekam karya-karya improvisasinya, juga digunakan untuk "Internationale Ignaz J Pleyel Gesellschaft", "Gramola", dan "Apollon". 

Amadeus Percussion Ensemble (Ampere) dibentuk pada Agustus  2017, bersamaan  dengan perayaan perak Yayasan Musik Amadeus Indonesia dan Sekolah Musik  Amadeus. Pembentukan ini menindaklanjuti pendirian departemen perkusi Sekolah  Musik Amadeus pada  tahun yang sama dengan Ryan Saputro sebagai kepalanya  dengan tujuan menghasilkan pemain perkusi bertaraf internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement