Rabu 15 Feb 2023 03:03 WIB

Konsep Banyak Anak Banyak Rezeki dari Perencana Keuangan

Setiap anak memiliki marwah dan rezekinya masing-masing.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Seorang anak anggota Sanggar Nadinala bermain mainan  othok-othok di Pendapa Sasangka Ayom Java Village, Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (3/2/2023). Latihan rutin yang diikuti anak-anak usia sekolah tersebut digelar untuk mengenalkan permainan tradisional dan seni Budaya Jawa sekaligus mengalihkan ketergantungan anak-anak terhadap gawai.
Foto: Antara/Maulana Surya
Seorang anak anggota Sanggar Nadinala bermain mainan othok-othok di Pendapa Sasangka Ayom Java Village, Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat (3/2/2023). Latihan rutin yang diikuti anak-anak usia sekolah tersebut digelar untuk mengenalkan permainan tradisional dan seni Budaya Jawa sekaligus mengalihkan ketergantungan anak-anak terhadap gawai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belakangan marak pembahasan mengenai childfree. Banyak alasan yang melatarbelakangi pilihan seseorang memutuskan untuk tidak memiliki anak, mulai dari merasa tidak mampu menjadi orangtua, biaya hidup makin tinggi, hingga persoalan populasi manusia yang kian bertambah di bumi ini.

Anggapan banyak anak maka juga akan banyak rezeki juga hingga saat ini masih diyakini banyak orang. Tetapi mari kita lihat bagaimana anggapan ini jika dilihat dari kacamata perencana keuangan.

Baca Juga

Pakar perencana keuangan, Rista Zwestika mengakui anak memang merupakan rezeki. Hanya saja, Rista menuturkan untuk diterapkan pada zaman sekarang malah akan kembali pada kesiapan orangtua masing-masing.

“Kalau orang dulu bicara banyak anak banyak rezeki betul, karena setiap anak memiliki marwah dan rezekinya masing-masing,” kata Rista saat ditemui di Jakarta akhir pekan kemarin.

Dia mengungkapkan kesiapan orangtua menjadi hal yang penting dalam memutuskan untuk memiliki anak.

“Kalau bicara realita banyak anak saat ini, bagaimana kesiapan keuangan kita, walaupun memang rezeki dari Tuhan dan sudah disesuaikan dengan posnya,” jelas Rista.

Rista mengakui, rezeki memang tidak pernah tertukar namun hal itu tetap perlu diusahakan. Untuk itu, Rista menyarankan bagi setiap pasangan untuk menyiapkan dengan baik perencanaan keuangan ketika sudah memilih untuk menikah dan memiliki anak.

“Bagaimana kalau misalnya orangtua tidak bekerja? Mengusahakan kemajuan anak-anaknya bagaimana? Bukan berarti melarang banyak anak, tapi semuanya dikembalikan lagi bagaimana kesiapan finansialnya,” ungkap Rista.

Untuk itu, Rista mengatakan jika pasangan berniat memiliki banyak anak maka harus dibarengi juga dengan kesiapan finansial. Sementara jika merasa pengeluaran saat ini sudah terlalu mahal, maka ada baiknya untuk memikirkan kembali rencana memiliki banyak anak.

“Kalau misalnya melihat realita dana pendidikan mahal, ini mahal, itu mahal, dan berpikir cukup punya anak satu kenapa tidak. Balik lagi kepada pilihan masing-masing dan kesiapannya,” jelas Rista.

Apapun alasannya yang pasti adalah punya atau tidak memiliki anak bukan berarti beban biaya hidup bisa lebih ringan atau berat. Menurutnya, tidak punya anak juga tetap ada pengeluarannya. Juga kalau ditambah anak, maka lebih banyak pengeluarannya.

Rista menilai, banyak anak bisa menjadi rezeki atau beban akan kembali lagi pada kesiapan orangtua. Sebab semua kondisi tersebut tetap memiliki konsekuensi masing-masing sesuai kesiapan orangtua.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلطَّلَاقُ مَرَّتٰنِ ۖ فَاِمْسَاكٌۢ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ تَسْرِيْحٌۢ بِاِحْسَانٍ ۗ وَلَا يَحِلُّ لَكُمْ اَنْ تَأْخُذُوْا مِمَّآ اٰتَيْتُمُوْهُنَّ شَيْـًٔا اِلَّآ اَنْ يَّخَافَآ اَلَّا يُقِيْمَا حُدُوْدَ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا يُقِيْمَا حُدُوْدَ اللّٰهِ ۙ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا فِيْمَا افْتَدَتْ بِهٖ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَعْتَدُوْهَا ۚوَمَنْ يَّتَعَدَّ حُدُوْدَ اللّٰهِ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan dengan baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami dan istri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri) untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 229)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement