Mahasiswa UMM Ciptakan Kompor Surya untuk Keadaan Darurat
Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Sebanyak 18 mahasiswa Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan kompor surya yang dapat digunakan dalam keadaan darurat. | Foto: Dok. Humas UMM
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sebanyak 18 mahasiswa Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan kompor surya yang dapat digunakan dalam keadaan darurat. Kompor inovasi ini dikembangkan dalam rentang waktu empat bulan.
Perwakilan tim, Hibatullah Al-Mubarok menjelaskan, ide kompor itu muncul dari diskusi panjang kelompoknya bersama dosen Muhammad Lukman. Dari situlah mereka perlahan membuat prototipe hingga akhirnya menjadi kompor surya.
Adapun cara kerja kompor yakni memanfaatkan pantulan cahaya matahari yang dipusatkan dalam satu titik dengan menggunakan prinsip dan alat. Dalam titik itulah energi panas dikumpulkan dan siap digunakan untuk memasak.
"Kompor surya adalah teknologi yang memanfaatkan energi matahari dalam memasak pada pagi hari hingga siang hari,” jelasnya.
Pria disapa Barok ini mengatakan, kompor ini sangat cocok dalam keadaan darurat seperti saat bencana melanda. Sebab itu, kompor tersebut dianggap dapat menjadi solusi dalam kondisi bencana seperti gempa bumi di Turki.
Hal itu dapat dilakukan apalagi mengingat sulitnya mencari gas atau bahan bakar untuk memasak. Maka, memanfaatkan energi alam yakni matahari dapat menjadi jalan keluar.
Adapun keunggulan lain produk ini adalah penggunaannya yang ramah lingkungan. Hal ini berbeda dengan energi gas dan fosil yang secara jangka panjang dapat membahayakan lingkungan.
Mahasiswa asli Tuban ini berharap kompor surya dapat terus dikembangkan. Salah satunya yakni bentuk yang harus dimodifikasi dan diubah menjadi lebih minimalis. Untuk saat ini, bentuk kompor ini masih tergolong bongsor dan sulit untuk dibawa ke mana-mana.
Jika nantinya ada pengembangan bentuk, ia rasa kompor surya buatan mahasiswa UMM bisa digunakan masyarakat luas. Begitu pula dengan tingkat panas yang bisa ditingkatkan lagi sehingga proses memasak bisa lebih mudah dan cepat.
"Minimalis dan mampu mengumpulkan panas lebih banyak menjadi tujuan tim selanjutnya," jelasnya.