REPUBLIKA.CO.ID, LIVERPOOL -- Liverpool mendesak Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) untuk menempatkan keselamatan suporter sebagai prioritas utama dalam sebuah pertandingan sepak bola. Desakan ini muncul seiring hasil investigasi panel independen terkait kerusuhan menjelang partai final Liga Champions musim 2021/2022.
Insiden itu terjadi beberapa jam sebelum Liverpool berduel dengan Real Madrid di Stade de France, St Dennis, Prancis. Puluhan ribu orang, yang sebagian besar suporter Liverpool, berusaha untuk masuk ke dalam stadion. Para fans itu terlihat berdesak-desakan untuk bisa melewati gerbang stadion.
Kepolisian Prancis pun sempat merespons dengan melepaskan gas air mata ke arah kerumununan suporter tersebut. Akibat insiden tersebut, sepak mula laga tersebut sempat ditunda selama beberapa menit. Pada akhir laga, Real Madrid sukses merengkuh gelar juara Liga Champions usai membungkam The Reds, 1-0.
Pada awalnya, UEFA sempat menuding insiden tersebut terjadi lantaran adanya sekelompok suporter Liverpool yang tidak memiliki tiket dan tiket palsu berusaha untuk masuk ke stadionSelain itu, suporter Liverpool juga dianggap terlambat masuk ke dalam stadion.
Namun, berdasarkan hasil temuan panel independen bentukan UEFA dan sejumlah pihak, Kepolisian Prancis dan UEFA menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas insiden tersebut. Hasl investigasi, yang diumumkan secara resmi pada Selasa (14/2/2023) waktu setempat, insiden itu nyaris berubah menjadi musibah yang fatal.
Liverpool merespons hasil temuan tersebut dengan permintaan. Dalam pernyataan resminya, The Reds mendesak UEFA untuk memprioritaskan keselamatan penonton dalam setiap pertandingan. Liverpool juga menuntut UEFA untuk menjalankan semua rekomendasi dari panel independen terkait pemenuhan jaminan keamanan buat para penonton.
"Kami mendesak UEFA dan pemegang keputusan di level teratas untuk bisa mengambil langkah positif dan transparan agar insiden tersebut tidak terulang. Kami meminta UEFA untuk sepenuhnya menjalan rekomendasi panel, tidak peduli seberapa sulit, untuk memastikan keselamatan penonton dan suporter sebagai prioritas utama di setiap pertandingan UEFA," tulis pernyataan resmi Liverpool tersebut.
Hal senada juga diungkapkan Direktur Eksekutif Liverpool, Billy Hogan. Menurutnya, hasil temuan panel independen itu baru langkah awal dalam upaya menjamin keselamatan penonton dan suporter.
''Sebenarnya, di sinilah kerja keras itu dimulai. Semua pihak harus memastikan, insiden serupa tidak terjadi lagi pada masa mendatang,'' kata Hogan.
Liverpool memiliki memori pilu terkait kematian suporter. Sebanyak 97 pendukung The Reds meninggal dunia usai terinjak-injak dan berdesakan-desakan di Stadion Hilsborough pada 1989 silam. Saat itu, Liverpool dijadwalkan menghadapi Nottingham Forest. Musibah itu kemudian dikenal dengan Tragedi Hillsborough.