Rabu 15 Feb 2023 10:56 WIB

Korban Gempa Lampaui 35.000 Jiwa, Erdogan: Bencana Paling Mematikan dalam Sejarah Turki

Lebih dari 13 ribu orang korban gempa masih dirawat di rumah sakit.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Foto udara yang diambil dengan drone menunjukkan puing-puing bangunan yang runtuh di kota Kahramanmaras, tenggara Turki, Rabu (8/2/2023). Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan pada Selasa (14/2/2023), bahwa lebih dari 35 ribu orang meninggal di Turki akibat gempa bumi pekan lalu. Laporan terbaru korban jiwa ini menjadikannya bencana paling mematikan sejak negara itu didirikan 100 tahun lalu.
Foto: EPA-EFE/ABIR SULTAN
Foto udara yang diambil dengan drone menunjukkan puing-puing bangunan yang runtuh di kota Kahramanmaras, tenggara Turki, Rabu (8/2/2023). Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan pada Selasa (14/2/2023), bahwa lebih dari 35 ribu orang meninggal di Turki akibat gempa bumi pekan lalu. Laporan terbaru korban jiwa ini menjadikannya bencana paling mematikan sejak negara itu didirikan 100 tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, ANTAKYA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan pada Selasa (14/2/2023), bahwa lebih dari 35 ribu orang meninggal di Turki akibat gempa bumi pekan lalu. Laporan terbaru korban jiwa ini menjadikannya bencana paling mematikan sejak negara itu didirikan 100 tahun lalu.

Kematian yang dikonfirmasi di Turki melewati yang tercatat dari gempa besar Erzincan pada 1939 yang menewaskan sekitar 33 ribu orang. Jumlah korban meninggal pun hampir pasti akan meningkat lebih jauh lagi.

Baca Juga

Erdogan mengatakan, 105.505 terluka akibat gempa 6 Februari yang berpusat di sekitar Kahramanmaras dan gempa susulannya. Hampir 3.700 kematian telah dikonfirmasi di negara tetangga Suriah, menjadikan jumlah korban gabungan di kedua negara menjadi lebih dari 39 ribu jiwa.

Presiden Turki menyebut gempa itu sebagai bencana abad ini. Dia mengatakan, lebih dari 13 ribu orang masih dirawat di rumah sakit.