BPBD: Temuan Gunung di Bawah Laut Pacitan tak Timbulkan Potensi Bahaya
Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
Gunung bawah laut (ilustrasi) | Foto: Gocelebes.com
REPUBLIKA.CO.ID, PACITAN -- Temuan gunung di bawah laut Pacitan, Jawa Timur (Jatim) dianggap tidak menimbulkan potensi bahaya. Dengan kata lain, tidak menimbulkan potensi tsunami atau gempa ke depannya.
Ketua Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan, Erwin Andriatmoko mengatakan, lembaganya sudah mengklarifikasi temuan tersebut kepada PVMBG dan BRIN termasuk BIG yang menemukan gunung di bawah laut Pacitan.
"Memang keberadaannya ada dan itu bukan gunung berapi. Jadi itu tidak akan menimbulkan potensi bahaya apapun di wilayah Pacitan," kata Erwin saat dikonfirmasi Republika, Rabu (15/2/2023).
Menurut Erwin, proses pembentukan gunung tersebut sebenarnya membutuhkan waktu hingga berjuta-juta tahun. Oleh karena itu, dia memastikan, temuan tersebut bukan gunung baru. Namun lebih tepatnya baru ditemukan sehingga dianggap sebagai fenomena yang unik.
Berdasarkan laporan yang diterima, gunung tersebut hanya berbentuk dataran yang lebih tinggi dibandingkan sekelilingnya sehingga menyerupai gunung. "Jadi itu permukaan bawah laut yang tidak hanya tinggi saja tetapi itu juga tidak ada potensi kebencanaan apa-apa dengan keberadaan gunung-gunung itu," ucapnya.
Hal serupa juga diungkapkan Koordinator Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Kementerian ESDM, Oktory Prambada. Menurut dia, itu bukan gunung baru tetapi baru ditemukan oleh para peneliti BIG.
Secara morfologis, fenomena temuan gunung tersebut sebenarnya bukan hal aneh mengingat Indonesia termasuk wilayah ring of fire. Sebab itu, kemunculan gunung dapat terjadi di bawah laut sekalipun.
PVMBG sendiri belum mengetahui bentukan temuan gunung di bawah laut Pacitan. Pasalnya, gunung tersebut pertama kali ditemukan oleh para peneliti BIG. Kemudian gunung tersebut juga belum ada dalam database lembaganya.
Berdasarkan hal tersebut, maka pria disapa Tory ini belum dapat menyimpulkan apakah gunung tersebut berapi atau tidak. Namun dia meyakini pembentukan gunung tersebut tidak muncul secara tiba-tiba.
Menurut dia, pembentukan gunung pada dasarnya dapat melalui proses proses vulkanisme maupun tektonik. Oleh karena itu, proses pembentukannya dapat memakan waktu hingga jutaan tahun lalu.
Sekalipun temuan tersebut nantinya diklasifikasikan sebagai gunung berapi, Tory menilai, erupsinya tidak akan terasa besar. Sebab, ketinggiannya lebih dalam dari 1.500 meter sehingga erupsinya dapat tertutupi air laut Indonesia yang relatif berat. Jika mengalami erupsi, dampaknya kemungkinan hanya ada temuan ikan mati dan warna air laut yang menghitam.
Sejauh ini, kata dia, Indonesia memiliki enam gunung yang berada di bawah laut. Dari jumlah tersebut, lembaganya baru melihat gunung Banua Wuhu di Sulawesi Utara. Gunung berketinggian 500 meter ini memang berpotensi erupsi dan dapat dirasakan oleh masyarakat.
Meskipun demikian, Tory memastikan erupsi di gunung tersebut tidak akan menimbulkan tsunami. "Kalau menimbulkan tsunami, saya kira harus event besar seperti di Tonga dan di Indonesia yang punya kemiripan dengan Tonga itu cuma Anak Krakatau," jelasnya.
Gunung Hunga Tonga-Hunga Ha'apai sendiri merupakan gunung berapi bawah laut yang memiliki tinggi 114 meter (m). Lokasinya terletak sekitar 30 kilometer (km) selatan gunung berapi bawah laut Fonuafoʻou dan 65 km utara dari Tongatapu, pulau utama Tonga. Sementara itu, Gunung Anak Krakatau terletak di Kab\Kota Lampung Selatan, Lampung dengan ketinggian 157 mdpl.
Sebelumnya, tim survei dari Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai (PKLP) Badan Informasi Geospasial (BIG) menemukan gunung bawah laut di perairan selatan Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Gunung ini berada di dasar laut dengan kedalaman sekitar 6.000 meter.
Koordinator Pemetaan Kelautan BIG, Fajar Triady Mugiarto mengatakan, gunung ini memiliki ketinggian sekitar 2.200 meter. Puncak gunung berada pada kedalaman sekitar 3.800 meter. "Gunung bawah laut yang baru ditemukan ini berada sekitar 260 kilometer di selatan Kabupaten Pacitan, tepatnya berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur,” kata Fajar dalam keterangan tertulisnya, Senin (13/2/2023).