REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kontribusi industri keuangan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif rendah. Hal tersebut tercermin dari kecilnya porsi pembiayaan syariah untuk sektor produktif.
Profesor dan Kepala Syariah di Keuangan dan Hukum Islam Universitas Durham Habib Ahmed mengatakan semakin besar porsi pembiayaan untuk sektor produktif dampaknya akan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan komposisinya, per September 2022 porsi pembiayaan syariah di sektor konsumtif lebih tinggi dibandingkan sektor produktif. Dari total pembiayaan Rp 491 triliun, porsi konsumtif mendominasi sebesar 51,1 persen, sedangkan produktif lebih rendah yaitu 48,9 persen.
Dibandingkan bank syariah, penyaluran kredit di bank konvensional untuk sektor produktif lebih tinggi. Porsinya mencapai 73,9 persen dari total pembiayaan Rp 5.923 triliun.
Lebih spesifik ke sektor manufaktur, pembiayaan dari bank syariah tercatat sebesar 6,4 persen, sedangkan ke sektor pertanian sebesar 4,5 persen. Di bank konvensional, pembiayaan ke sektor manufaktur lebih tinggi yaitu 16,7 persen sedangkan ke sektor pertanian 7,1 persen.
"Jadi kesimpulannya, kontribusi bank syariah untuk sektor riil relatif kecil. Bank syariah perlu meningkatkan investasi ke sektor tersebut," kata Habib dalam acara BSI Global Islamixc Finance Summit 2023, Rabu (15/2/2023).
Peningkatan inklusi keuangan juga penting untuk pengembangan sektor riil. Di Indonesia, rata-rata pembiayaan untuk sektor UMKM selama 2011-2020 sekitar 20 persen. Per September 2022, pembiayaan mikro oleh perbankan syariah Indonesia hanya sekitar 18,87 persen.
Selain itu, lanjut Habib, pengembangan ekonomi riil juga membutuhkan investasi di sektor infrastruktur. Meski demikian, Habib melihat sektor bank akan sulit memberikan pembiayaan karena proyek infrastruktur membutuhkan investasi yang cukup besar.
Per September 2022, pembiayaan infrastruktur dari bank syariah untuk pengembangan listrik, gas dan air sekitar 2,23 persen. Sementara untuk transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar 2,58 persen.
"Porsinya relatif lebih kecil dari bank konvensional," jelas Habib.