Rabu 15 Feb 2023 17:37 WIB

Kontribusi Keuangan Syariah untuk Sektor Riil Disebut Masih Rendah

Porsi pembiayaan syariah sektor konsumtif lebih tinggi dibandingkan sektor produktif.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Karyawan menjelaskan produk perbankan kepada nasabah di gedung Bank Syariah Artha Madani yang baru diresmikan di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (7/9/2022). Kontribusi industri keuangan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif rendah.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Karyawan menjelaskan produk perbankan kepada nasabah di gedung Bank Syariah Artha Madani yang baru diresmikan di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (7/9/2022). Kontribusi industri keuangan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif rendah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kontribusi industri keuangan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif rendah. Hal tersebut tercermin dari kecilnya porsi pembiayaan syariah untuk sektor produktif.

Profesor dan Kepala Syariah di Keuangan dan Hukum Islam Universitas Durham Habib Ahmed mengatakan semakin besar porsi pembiayaan untuk sektor produktif dampaknya akan positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan komposisinya, per September 2022 porsi pembiayaan syariah di sektor konsumtif lebih tinggi dibandingkan sektor produktif. Dari total pembiayaan Rp 491 triliun, porsi konsumtif mendominasi sebesar 51,1 persen, sedangkan produktif lebih rendah yaitu 48,9 persen. 

Baca Juga

Dibandingkan bank syariah, penyaluran kredit di bank konvensional untuk sektor produktif lebih tinggi. Porsinya mencapai 73,9 persen dari total pembiayaan Rp 5.923 triliun. 

Lebih spesifik ke sektor manufaktur, pembiayaan dari bank syariah tercatat sebesar 6,4 persen, sedangkan ke sektor pertanian sebesar 4,5 persen. Di bank konvensional, pembiayaan ke sektor manufaktur lebih tinggi yaitu 16,7 persen sedangkan ke sektor pertanian 7,1 persen.