REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Saat berkendara di jalan raya, tak sedikit orang yang mudah terpancing emosinya. Apalagi ketika kendaraan yang dibawa bersenggolan dengan kendaraan lain. Pastinya makian akan muncul secara spontan dari mulut kita. Sebenarnya apa penyebabnya?
Praktisi psikolog keluarga, Nuzulia Rahma Tristinarum mengungkapkan orang mudah emosi ketika berada di jalan karena beberapa hal, diantaranya terbiasa bersikap impulsif, langsung bereaksi ketika ada suatu kejadian tertentu. Kemungkinan penyebab lainnya adalah adanya masalah yang terjadi, yang dirasakan atau dipikirkan sebelumnya sehingga mudah tersulut emosi.
Selain itu, bisa juga dipicu karena belum memiliki skill manajemen emosi. Pengendara mobil yang dalam kondisi terburu-buru juga kerap terpandang emosi saat dijalan. "Bisa juga karena pada dasarnya, masih memiliki akhlak atau budi pekerti yang buruk dalam kesehariannya," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (15/2/2023).
Emosi saat di jalan ini, menurut perempuan yang akrab disapa Lia ini, bisa terjadi pada siapa saja, baik perempuan maupun laki-laki.
"Orang yang mudah emosi di jalan biasanya adalah orang yang belum memiliki kemampuan manajemen emosi, impulsif, dan kemampuan kontrol diri yang rendah," ujarnya.
Namun walaupun demikian, kita juga perlu bijak memahami situasi. Tidak langsung menghakimi seseorang yang sedang emosi sebagai orang yang buruk. Apalagi jika orang tersebut tidak selalu bersikap demikian.
Lia menyarankan untuk menjaga emosi saat dijalan, ada baiknya pengendara tetap aware dan fokus saat menyetir."Sebaiknya jika ada masalah, jangan terlalu dipikirkan saat berkendara. Saat sedang ada masalah, jangan membicarakan saat sedang berkendara. Lakukan manajemen nafas jika merasa letih," sarannya.
Jika pengendara tidak mampu menahan emosi saat berkendara, menurut Lia, hal ini bisa berdampak buruk. Dampaknya bisa bermacam macam. "Bisa terjadi kecelakaan dari yang ringan hingga berat. Bisa pula menimbulkan keributan dengan orang lain," ujarnya.
Mirisnya ketika saat berkendara, pengendara tidak bisa menahan emoi dan terjadi keributan, mereka membawa anaknya serta dalam berkendara. Anak yang melihat keributan bisa saja memiliki persepsi dan emosi tertentu atas kejadian yang berlangsung. Anak bisa mencontoh perilaku itu, bisa juga menjadi cemas dan trauma jika kejadiannya cukup berat.
"Oleh karena itu jika telanjur terjadi keributan, setelah kejadiannya selesai atau saat sudah sampai tujuan, bicarakan dengan anak, jelaskan bahwa ini adalah sebagai bagian dari resiko berkendara," sarannya.
Kemudian, Lia menyarankan untuk mendiskusikan dengan anak apa saja contoh sikap yang baik dan tidak baik dari kejadian yang sudah berlangsung.