Rabu 15 Feb 2023 22:15 WIB

Seburuk-buruk Manusia di Akhirat adalah yang Berwajah Dua

Karakter ganda manusia seperti itu tidak jarang justru saling berlawanan.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Hafil
Seburuk-buruk Manusia di Akhirat adalah yang Berwajah Dua. Foto: Munafik/ilustrasi
Foto: top-10-list.org
Seburuk-buruk Manusia di Akhirat adalah yang Berwajah Dua. Foto: Munafik/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Salah satu peringatan keras baginda Rasulullah SAW adalah agar kita berhati-hati dengan satu bentuk perilaku manusia yang bersifat ganda. Karakter ganda itu tidak jarang justru saling berlawanan.

Imam Masjid New York Shamsi Ali menyebut dalam sebuah hadits Rasulullah mengingatkan: “Seburuk-buruk manusia di hari akhirat nanti adalah manusia yang berwajah dua (dzulwajhaeni)”.

Baca Juga

Hadits ini menyampaikan bahwa di akhirat nanti ada sekelompok orang yang akan memilki dua wajah. Penampakan dua wajah ini sendiri merupakan penampakan yang buruk. Sehingga wujudnya merupakan bagian dari hinaan sebagai bagian dari adzab Allah SWT.

"Dzulwajhaeni atau orang yang berwajah dua adalah orang yang di satu sisi menampakkan menampakkan wajah tertentu. Namun pada sisi lain orang tersebut menampakkan wajah yang berbeda. Boleh jadi di depan wajahmu dengan wajah ceria dan tersenyum. Namun di belakangmu dia berwajah seram yang memuakkan,"ujar nya Ustadz Shamsi kepada Republika, Rabu (15/2/2023).

Dalam kehidupan sosial dan komunal manusia, karakter seperti ini banyak ditemukan. Tentu banyak faktor yang menjadikan seseorang berkarakter demikian. Satu yang terpenting dan dominan adalah karena faktor dunia dengan segala tekanannya.

Situasi seperti ini dapat terjadi kepada siapa saja. Bahkan termasuk kepada mereka yang memiliki gelar-gelar keagamaan. Karena sesungguhnya hati manusia tidak terdefinisikan oleh gelar-gelar itu. Tidak juga oleh penampakan luarnya.

Bahkan dalam dunia maya sekalipun. Seringkali kita dibombardir dengan postingan-postingan seolah orang itu paling zuhud, paling tidak tamak dunia.

Postingan-postingannya penuh dengan hiasan kata kematian dan cinta akhirat. Namun kenyataan di lapangan berkata lain. Langkah-langkahnya kerap kali desktruktif, merusak lingkungan (dan komunitas) karena bertujuan mengail ikan teri di balik limbah.

Pepatah lama ada udang di balik batu seringkali ditampilkan tanpa malu-malu. Hilangnya rasa malu itu tidak jarang mengedepankan (cover) yang seolah indah dan menawan. Ada yang terbuai dan ada pula yang memang menjadikannya tempat bertengger untuk ambisi tertentu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement