REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengungkapkan, investor Jepang tertarik membangun bendungan sekaligus pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Papua. Nantinya, infrastruktur itu akan memasok listrik ke tambang PT Freeport Indonesia.
Basuki mengatakan, Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur sedang menyiapkan agar investor Jepang itu bisa melakukan investasi pada bendungan dan PLTA di Papua. "Investornya dari Jepang, dia sedang melakukan studi kelayakannya dan kami sudah memberikan persetujuan untuk studi kelayakan tersebut," ujarnya di Jakarta, Rabu (15/2/2023).
Dia berharap, studi kelayakan tersebut dapat selesai pada tahun ini. Kementerian PUPR, kata Basuki, membuka peluang bagi investor yang ingin membangun infrastruktur sumber daya air berupa bendungan. Meski, biasanya, investor lebih tertarik untuk masuk pada proyek yang dilengkapi dengan PLTA.
"Untuk PLTA, biasanya investor mencari daya yang lebih besar dari 75 MW," katanya.
Berdasarkan data dari Ditjen Pembiayaan Infrastruktur, proyek pembangunan PLTA dan bendungan di Papua memiliki nilai investasi Rp 18,59 triliun. Proyek tersebut dalam tahap penyiapan dan sedang dilakukan penyusunan studi kelayakan. PLTA yang diperkirakan dapat menghasilkan daya sebesar 639 MW, nantinya dapat menyuplai listrik untuk tambang Freeport.
Sebelumnya, Kementerian PUPR mengoptimalkan pembangunan infrastruktur dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi dan investasi daerah. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, Kementerian PUPR masih akan tetap memprioritaskan pemanfaatan pembangunan infrastruktur yang sudah dibangun, yaitu melalui operasi, pemeliharaan, optimalisasi, dan rehabilitasi (OPOR). Infrastruktur memiliki peran dalam pengendalian inflasi, di antaranya menjamin pasokan pangan dan bahan pokok melalui pembangunan bendungan, jaringan irigasi, dan rehabilitasi jaringan irigasi.