REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Twitter menjadi platform media sosial pertama yang akan mengiklankan produk dari perusahaan ganja di Amerika Serikat (AS). Sebelumnya, perusahaan hanya mengizinkan iklan untuk produk Cannabidiol (CBD) yang berasal dari rami.
Platform media sosial lain, seperti Facebook, Instagram, dan TikTok mengikuti kebijakan iklan tanpa ganja. Sebab, ganja tetap ilegal di tingkat federal. Namun, seiring berjalannya waktu, negara bagian di AS yang bergerak untuk memungkinkan penjualan ganja rekreasi terus bertambah. Saat ini, totalnya ada 21.
Twitter mengatakan akan mengizinkan perusahaan ganja untuk beriklan selama mereka mematuhi kebijakannya. Yakni, mempunyai lisensi, melewati proses persetujuan, menargetkan yursdiksi tempat mereka memiliki lisensi beroperasi, dan tidak menargetkan orang di bawah 21 tahun. “Ini adalah kemenangan besar bagi pemasar ganja legal," kata perusahaan ganja multinegara dan ganja medis Cresco Labs, dikutip Reuters, Kamis (16/2/2023).
Sebagian besar perusahaan ganja dengan cepat menerima perubahan yang disarankan oleh Twitter. Salah satu perusahaan, Trulieve Cannabis Corp telah meluncurkan kampanye multinegara di platform tersebut pada Rabu.
"Perubahan ini berbicara tentang meningkatnya penerimaan ganja sebagai kategori kesehatan arus utama. Kami berharap ini akan berfungsi sebagai katalisator bagi platform media sosial lainnya untuk mengikutinya," kata Kate Lynch dari Curaleaf, perusahaan ganja terbesar yang beroperasi di AS.
Setelah menikmati lonjakan penjualan selama tahap awal pandemi, industri ganja AS menunjukkan tanda-tanda pelambatan dalam menghadapi tantangan peraturan dan ekonomi. Ini termasuk penurunan harga dan pasar gelap yang memburu pelanggannya.