REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Pesawat ruang angkasa Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) Cassini diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida pada tahun 1997. Kemudian menghabiskan tujuh tahun transit diikuti oleh 13 tahun mengorbit planet Saturnus.
Dilansir dari Daily Mail, Kamis (16/2/2023), Cassini kemudian menghabiskan enam bulan mempelajari Planet Jupiter sebelum mencapai Saturnus pada 2004. Saat itu, Cassini menemukan enam bulan lagi di sekitar Saturnus. Ia juga menemukan struktur tiga dimensi yang menjulang tinggi di atas cincin Saturnus dan badai raksasa yang mengamuk di seluruh planet selama hampir satu tahun.
Berikutnya pada 13 Desember 2004 , ia melakukan penerbangan pertama melewati bulan Saturnus, Titan dan Dione. Pada 24 Desember ia merilis wahana Huygens buatan Badan Antariksa Eropa (ESA) di bulan Saturnus, Titan untuk mempelajari atmosfer dan permukaanya.
Di sana pesawat ruang angkasa itu menemukan danau hidrokarbon yang menakutkan. Tempat tersebut terbuat dari etana dan metana.
Pada tahun 2008, Cassini menyelesaikan misi utamanya untuk menjelajahi sistem Saturnus dan memulai perpanjangan misinya (Cassini Equinox Mission). Dua tahun kemudian ia memulai misi keduanya (Cassini Solstice Mission) yang berlangsung hingga meledak di atmosfer planet dengan luar permukaan 42,7 miliar kilometer persegi ini.
Cassini memperoleh gambar beresolusi tertinggi dari bulan pada Planet Saturnus, Enceladus pada Desember 2011. Pada Desember tahun berikutnya, ia melacak transit Venus untuk menguji kelayakan mengamati planet-planet di luar tata surya kita.
Pada Maret 2013, Cassini melakukan penerbangan terakhir ke bulan Saturnus, Rhea, dan mengukur struktur internal serta tarikan gravitasinya. Pada Juli tahun itu, Cassini menangkap Saturnus yang menyala hitam untuk memeriksa cincin-cincin itu dengan detail halus dan juga mengambil gambar Bumi.
Pada April tahun ini, Cassini menyelesaikan penerbangan terdekatnya ke Titan dan memulai orbit Grande Finale yang berakhir pada 15 September. Kepala grup Ilmu Planet di Mullard Space Science Laboratory di University College London di Inggris, Andrew Coates mengatakan misi ini telah mengubah cara berpikir tentang di mana kehidupan mungkin berkembang di luar Bumi kita.
“Selain Mars, bulan planet luar seperti Enceladus, Europa, dan bahkan Titan sekarang menjadi pesaing utama kehidupan di tempat lain,” tambah Coates. “Kami telah sepenuhnya menulis ulang buku teks tentang Saturnus,” katanya.
Planet Saturnus merupakan planet keenam dari Matahari dan planet terbesar di tata surya kita setelah Jupiter. Saturnus dianggap sebagai ‘permata tata surya’ dengan cincinnya.
Planet yang berjarak 1,434 miliar kilometer dari matahari ini juga bukan satu-satunya planet yang memiliki cincin, tetapi tidak ada yang spektakuler atau serumit Saturnus.
Seperti Jupiter, Saturnus adalah bola masif yang sebagian besar terbuat dari hidrogen dan helium dengan beberapa elemen berat. Inti planet yang memiliki radius 58.232 kilometer ini membentang hingga 60 persen radius dunia. Ini mirip dengan bagian planet lainnya, tetapi terbuat dari ‘lumpur salju’ dengan bahan seperti gas, cairan logam, batu dan es.
Saturnus telah dikenal sejak zaman kuno. Planet ini merupakan planet yang ditemukan dengan mata telanjang. Selanjutnya, Saturnus dinamai dari dewa pertanian dan kekayaan Romawi, yang juga ayah dari Jupiter.
Selain itu, Saturnus adalah tempat yang tidak mungkin untuk dihuni makhluk hidup. Hal yang sama tidak berlaku untuk beberapa dari banyak bulannya. Satelit seperti Enceladus dan Titan, rumah bagi lautan dalam, mungkin bisa mendukung kehidupan.