Kamis 16 Feb 2023 13:59 WIB

Banyak Muslim di Barat Ketakutan Menghadapi Islamofobia

Islamofobia harus dihadapi bersama-sama.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Erdy Nasrul
Pekerja gerakan Jamaat-e-Islami berkumpul selama protes menentang Swedia, di Karachi, Pakistan, 26 Januari 2023. Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif, beberapa negara Arab serta Turki mengutuk pada 23 Januari, Islamofobia setelah sayap kanan Swedia-Denmark politikus Rasmus Paludan membakar salinan Alquran pada rapat umum di Stockholm pada 21 Januari.
Foto: EPA-EFE/SHAHZAIB AKBER
Pekerja gerakan Jamaat-e-Islami berkumpul selama protes menentang Swedia, di Karachi, Pakistan, 26 Januari 2023. Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif, beberapa negara Arab serta Turki mengutuk pada 23 Januari, Islamofobia setelah sayap kanan Swedia-Denmark politikus Rasmus Paludan membakar salinan Alquran pada rapat umum di Stockholm pada 21 Januari.

REPUBLIKA.CO.ID, HEATON – Komunitas Muslim Heaton, Newcastle, Inggris diharapkan bersatu melawan kebencian terhadap Islam dan Muslim pasca terjadinya serangan bermotif kebencian yang terjadi di luar masjid setempat. Seperti dilansir Chronicle Live pada Kamis (16/2/2023) pekan lalu keluarga Muslim melaporkan pada polisi bahwa mereka dianiaya seorang pria tak dikenal saat meninggalkan masjid. Pasca kejadian itu, polisi pun dipanggil ke Masjid Pusat Islam Heaton untuk menyelidikinya. 

Kasus kebencian lainnya dilaporkan, seorang pria menggedor pintu masjid di Heaton dan mengejar orang di jalan. Setelah itu seorang lelaki berusia 34 tahun divonis di pengadilan bersalah telah melakukan perusakan  yang diperburuk secara rasial, ancaman membunuh dan penyerangan umum. Beberapa hari lalu seorang wanita Muslim juga telah menceritakan bagaimana dirinya mendapat serangan pada 6 Februari, sebuah insiden yang dialami oleh orang-orang di Heaton dalam beberapa bulan terakhir. 

Baca Juga

Seorang pria Muslim berusia 40 tahun  Mehru Nisa Shah mendesak umat Islam bersatu dan berbicara menentang kebencian.

Orang-orang ketakutan. Insiden Islamofobia baik di luar masjid atau di jalan sekarang menjadi kejadian biasa dan seringkali umat Islam enggan melaporkannya. Penting bagi tokoh masyarakat untuk mengatasi masalah ini dan tidak mencoba mengabaikannya dan mengutuk mereka yang mencoba untuk angkat bicara. "Lebih jauh lagi penting bahwa semua anggota masyarakat bersatu tidak peduli latar belakang atau kepercayaan mereka dan mengutuk semua jenis diskriminasi," kata Mehru. 

Menggedor masjid

Polisi mengatakan bahwa mereka dipanggil ke masjid di Rothbury Terrace tepat setelah pukul 18.30 waktu setempat pada 6 Februari ketika mereka menerima laporan tentang perilaku mencurigakan di luar.

Dilaporkan seorang pria menggedor pintu dan meneriaki orang-orang di dalam, sebelum mengejar orang lain di jalan. Seorang pria ditangkap segera setelah itu. Polisi mengatakan mereka sekarang telah meningkatkan patroli di daerah tersebut dan mendesak siapa saja yang telah menjadi korban kejahatan rasial untuk berbicara dengan mereka.

Mehru-Nisa mengatakan banyak Muslim sering enggan atau takut untuk berbicara.

“Insiden tersebut membuat banyak komunitas Muslim terguncang, khususnya banyak wanita yang telah saya ajak bicara. Saya mengetahui sejumlah insiden di mana orang tidak melaporkan kebencian Islamofobia, terutama wanita. Ini bagi saya pribadi tidak baik. Saya bukan pengamat, saya aktif menentang rasisme," katanya.

"Hidup dan tumbuh di Heaton beberapa meter dari masjid, saya dapat mengatakan bahwa kami tinggal di daerah di mana semua anggota masyarakat hidup damai dan harmonis, namun kebencian terhadap komunitas Muslim sedang meningkat dan daerah seperti Heaton tidak kebal terhadap kefanatikan. Saya pikir orang-orang takut, orang tidak merasa aman. Tampaknya ada ketakutan besar bahwa jika ada yang menentangnya, mereka akan menjadi target," tambahnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement