REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang muslim sepatutnya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah Ta'ala kepadanya, termasuk ketika bangun tidur, dan membaca doanya. Dibalik doa bangun tidur yang singkat ini, tersimpan kandungan mendalam di dalamnya.
"Doa ini sangat familiar di telinga kita. Bahkan kebanyakan kita sejak kecil telah menghapalnya. Namun amat disayangkan, tidak sedikit di antara kita yang belum mengetahui artinya. Apalagi merenungi kandungannya. Padahal dengan memahami, merenungi dan mengamalkan prinsip-prinsip yang terkandung di dalam doa ini, insyaAllah kita bisa menjalani kehidupan dengan lebih baik," kata Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember, Ustaz Abdullah Zaen Lc.,MA, dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.
Di antara doa yang diajarkan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam saat bangun tidur adalah:
Membaca doa berikut ini sekali:
«الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ»
“Alhamdulillâhilladzî ahyânâ ba’da mâ amâtanâ wa ilaihinnusyûr”.
Dalil Landasan, Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu ’anhu menuturkan,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ... إِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ: «الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ»
“Biasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam … apabila bangun tidur, beliau membaca: “Alhamdulillâhil ladzî ahyânâ ba’da mâ amâtanâ wa ilaihinnusyûr” (Segala puji untuk Allah yang telah menghidupkan kita setelah mematikan kita. Dan hanya kepada-Nya lah kita dibangkitkan)”. HR. Bukhari (no. 6324).
Ustadz Abdullah mengungkapkan, di antara prinsip yang ada dalam doa tersebut yakni, bersyukur. Saat bangun tidur, seseorang mengawali pagi dengan mengucapkan Alhamdulillâh. Sebagai pujian dan ungkapan rasa syukur kepada Allah yang telah mengaruniakan nikmat teramat banyak. Salah satunya adalah nikmat bangun tidur.
Betapa banyak orang yang tidur, lalu tidak bangun lagi. Sebab seringnya bangun tidur, hingga seseorang tidak merasa bahwa itu adalah nikmat.
"Padahal salah satu penyebab terbesar ketidaktenangan hidup, adalah kurang menyadari nikmat dan minim bersyukur kepada Allah. Mengapa di sana-sini orang mengeluhkan kondisi rumah tangganya, ekonominya, kesehatannya, rumah tempat tinggalnya, dan lain sebagainya? Sebab ia kurang mensyukuri apa yang dimilikinya. Ia selalu melihat orang yang lebih tinggi dibandingkan dirinya, dan jarang melihat orang yang di bawahnya," kata Ustadz Abdullah.
Selanjutnya, prinsip Kedua Ustadz Abdullah mengatakan, yakni meyakini bahwa semua sudah diatur Allah. Setelah mengucapkan hamdalah, seseorang menyatakan bahwa Allah lah yang menghidupkan, sesudah sebelumnya mati. Maksudnya, Dialah yang membangunkan, setelah sebelumnya seseorang tidur. Untuk itu, yang menentukan siapa orang yang setelah tidur akan bangun, dan siapa orang yang setelah tidur tidak bangun kembali, adalah Allah. Hanya Dia yang memiliki kuasa untuk menentukan dan melakukan itu. Bahkan Dia pula yang mempunyai kendali mutlak atas segala peristiwa dan kejadian di alam semesta.
"Meyakini prinsip ini, akan membuat kita lebih siap berlapang dada dalam menerima takdir Allah, sekalipun tidak enak di mata kita. Tentu hal itu setelah kita berupaya maksimal dan proporsional dalam berusaha dan berikhtiar," ucap Ustadz Abdullah.
Ustadz Abdullah mengatakan, prinsip ketiga yakni mengingat bahwa setiap orang akan kembali kepada Allah. Doa di atas ditutup dengan ungkapan “hanya kepada-Nya lah kita dibangkitkan”. Agar seseorang selalu menyadari bahwa setelah kehidupan dunia ini, akan ada kehidupan lain di akhirat. Di sana manusia mempertanggungjawabkan segala yang dilakukan di dunia. Di sana pula manusia akan mendapatkan balasan sempurna atas kebaikan atau keburukan yang telah dikerjakan. Meyakini prinsip ini, akan membuat seseorang semakin berhati-hati dalam berbuat, berucap, bersikap dan berkeyakinan.