REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam berbagai survei, diperkirakan bahwa Generasi Z dan Milenial yang berada di rentang usia 17-39 tahun akan mendominasi pemberian suara di Pemilu 2024. Proporsi pemilih muda pada Pemilu 2024 diprediksi mendekati 60 persen, atau sekitar 120 juta pemilik hak suara. Maka, Pemuda perlu memiliki peran yang strategis dalam peta politik 2024.
Tepat satu tahun menjelang pemilihan umum digelar, kumpulan pemuda lintas profesi berkumpul di acara soft-launching gerakan pemuda bernama Gagasan. Gagasan lahir dari kepedulian para penggeraknya akan masa depan perpolitikan Indonesia yang diharapkan lebih mengedepankan substansi dan pemikiran perbaikan bangsa.
Jovial Da Lopez, yang hadir sebagai pembicara diskusi dari kalangan profesional, menyampaikan pentingnya pemuda terlibat dalam proses politik. Sebagai pemegang saham terbesar dari segi jumlah suara dan yang akan mewarisi masa depan, Jovial meyakini bahwa pemuda harus berani mengambil peran besar dalam proses pengambilan keputusan bangsa.
“Saya ingin mendorong agar teman-teman pemuda—gen z dan milenial—agar tidak hanya menjadi penonton. Kita punya suara yang harus kita gunakan di 2024 ini. Baik dalam memilih calon pemimpin terbaik maupun dalam memunculkan pemimpin dari kalangan pemuda itu sendiri,” kata Jovial dalam kegiatan yang bertajuk ‘Deklarasi Cinta: Pemuda dan Perubahan’ di Jakarta seperti dilansir dari Antara, Kamis (16/2/2023).
Pembicara lainnya dari kalangan advokat dan akademisi, Togi Pangaribuan, menambahkan bahwa pemuda harus bijak menentukan pilihan nantinya.
“Pemuda harus bersatu, pintar menyikapi banjirnya informasi dan perkembangan teknologi untuk menghindari perpecahan dan digunakannya pemuda hanya sebagai komoditas politik. Pilihan politik harus diambil melalui pertimbangan yang obyektif dan putusan yang informed. Perbedaan pilihan politik itu biasa asal tetap mengedepankan persatuan,” ucap Togi.
Koordinator Gagasan, Michael Victor Sianipar, menyampaikan dalam penutupan acara pentingnya ada wadah untuk pemuda bisa mengutarakan gagasannya dan menuntut juga gagasan dari para calon pemimpin.
“Teman-teman yang berkumpul di sini sepakat bahwa politik Indonesia harus naik kelas. Indonesia butuh gagasan fresh, butuh inovasi dan solusi. Kami tidak ingin pemilu hanya jadi ajang gimmick, hanya hiruk pikuk, dan pemuda hanya jadi penonton atau lebih parah lagi hanya sekedar jadi alat. Kami mau dengar dan kritisi gagasan para calon pemimpin. Kami juga mau gagasan kami didengar dan dijalankan. Pemuda harus jadi bagian aktif dari perubahan dan kemajuan bangsa,” ujar Michael.
Acara ditutup dengan pengucapan deklarasi Gagasan yang dibacakan oleh Aida Mardatillah, Musthofa Faruq, Osco Olfriady Letunggamu, Sabrina Malik, dan Togi Pangaribuan.
Hadir juga pembicara lainnya yang turut berbagi perspektif, yakni anggota DPR RI Komisi XI Puteri Komaruddin dan CEO Asumsi Pangeran Siahaan. Acara dimoderatori oleh Gemintang Mallarangeng dan Najmi Mumtaza Rabbany, serta dihadiri oleh sekitar 100 pemuda dari berbagai kalangan.