Kamis 16 Feb 2023 19:09 WIB

Chatib Basri Ungkap Keunggulan Bank Syariah saat Kondisi Tak Menentu

Bank syariah punya dana murah dari tabungan wadiah.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Lida Puspaningtyas
Ekonom dan Komisaris Utama Bank Mandiri, Chatib Basri (kiri)
Foto: AP Photo/Dita Alangkara
Ekonom dan Komisaris Utama Bank Mandiri, Chatib Basri (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Chatib Basri mengatakan di kondisi global yang sedang tidak menentu ini, perbankan syariah dapat diunggulkan. Menurutnya bank syariah memiliki keunggulan yang tidak dimiliki bank lain yaitu rendahnya biaya dana atau cost of fund (CoF) dan segmentasi pasar yang sangat besar.

Perbankan syariah dalam negeri saat ini memiliki penetrasi pasar yang masih kecil, yakni sekitar enam persen di industri perbankan. Padahal Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, sehingga hal ini merupakan peluang pasar yang masih sangat luas.

Baca Juga

Dari sisi kinerja, jumlah kelolaan dana pihak ketiga mengalami pertumbuhan positif. BSI mencatat perolehan DPK BSI mencapai Rp 261,49 triliun, yang didominasi oleh tabungan wadiah mencapai Rp 44,21 triliun dan berada di peringkat ke lima tabungan secara nasional dengan jumlah nasabah BSI mencapai 17,78 juta orang. Pencapaian ini memberikan pengaruh positif terhadap rasio Cost of Fund (CoF) yang kian menurun sejak tahun 2021 hingga per Desember 2022 di level 1,62 persen

“Ketidakpastian ekonomi di 2023 juga memiliki implikasi pada perbankan. Siapa yang bisa menjaga cost of fund lebih murah akan lebih dilirik sekarang, di sini peluang perbankan syariah. Potensinya jumlah penduduk muslim terbesar, tapi penetrasi pasar perbankan syariah masih kecil, growth kita masih enam persen. Jadi ada celah yang sangat besar untuk tumbuh,” kata Menteri Keuangan RI periode 2013-2014 tersebut dalam acara BSI Global Islamic Finance Summit 2023 (GIFS) yang digelar oleh BSI, Kamis (16/2/2023).

Chatib yang juga menjabat Komisaris Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mengatakan, segmentasi pasar yang besar di Indonesia adalah celah bagi Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk bisa meningkatkan penetrasi bisnis perbankan syariah dalam negeri. Keunggulan lain adalah soal segmentasi pasar.

"Tahun ini bukan tahun yang mudah, tapi BSI memiliki cost of fund yang murah maka akan menjadi bank yang secara relatif punya potensi untuk tumbuh bahkan dalam kondisi tingkat bunga tinggi di 2023,” ucapnya.

Diketahui, perolehan DPK BSI mencapai Rp 261,49 triliun, yang didominasi oleh tabungan wadiah mencapai Rp 44,21 triliun dan berada di peringkat kelima tabungan secara nasional dengan jumlah nasabah BSI mencapai 17,78 juta orang. Pencapaian ini memberikan pengaruh positif terhadap rasio CoF BSI menjadi 1,62 persen.

BSI juga mencatatkan kinerja positif diatas rata-rata, jika dibandingkan dengan pertumbuhan industri perbankan Indonesia. Mengutip data OJK per September 2022, aset industri perbankan tumbuh 7.75 persen, sedangkan BSI tumbuh 11.53 persen. Dari segi pembiayaan, pembiayaan BSI tumbuh 22.35 persen, sedangkan industri perbankan tumbuh 11 persen. Sementara dari rasio ROE BSI pada September 2022 sebesar 17,44 persen dan industri perbankan 13,78 persen. Data ini menggambarkan bahwa performa bisnis BSI tumbuh positif dan sehat melampaui industri perbankan Indonesia.

Saat ini, pembiayaan konsumer BSI juga berada pada urutan pertama diatas rata-rata bank syariah dan untuk penyaluran pembiayaan sindikasi berada pada urutan keempat terbesar di Indonesia yang didominasi pada sektor-sektor rill wholesale, manufaktur, pertanian, kehutanan dan properti. Per Desember 2022, pembiayaan wholesale BSI mencapai Rp 57,18 triliun tumbuh 15,80 persen year on year (yoy). BSI juga terus mendorong pembiayaan sindikasi, yang mencapai Rp 45 triliun atau tumbuh 13,44 persen year on year (yoy).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement