REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gelaran Tasyakuran 1 Abad NU dan Doa untuk Muassis-Masyayikh Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, Kamis malam berakhir pada Jumat (17/2/2023), jam setengah satu dini hari. Salah satu yang bisa dirangkum dari agenda nasional tersebut adalah pesan dan harapan para kiai sepuh yang hadir kepada NU di usia ke-100 ini.
Mustasyar PBNU KH Nurul Huda Djazuli dalam kesempatan tersebut mengimbau warga dan pengurus NU senantiasa menjaga keikhlasan dan persatuan di internal organisasi. Menurut dia, inilah yang akan menguatkan jam'iyah dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan.
"NU itu harus kompak. Siapa pun yang khidmah dengan NU, jangan sekali-kali (konflik gara-gara) rebut jabatan, rebut kekuasaan," kata pengasuh Pesantren Al-Falah Ploso Kediri ini pada Jumat (17/2/2023).
Kiai Nurul Huda yang datang bersama putranya, KH Abdurrahman al-Kautsar (Gus Kautsar) itu juga mengingatkan; mendekati pemilu, para kiai biasanya akan kedatangan tamu "bermacam-macam." Karena itu, menurut dia, kekompakan adalah modal dasar untuk tetap tak tergoyahkan. "Jangan sampai NU pecah," pesannya.
Peran internasional
Sementara itu, Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Haris Shodaqoh mengingatkan peran global NU untuk menjadi juru damai sebagai cerminan dari misi kasih sayang universal Islam, rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi semua).
Namun, dia menambahkan, NU mesti tetap konsisten pada prinsip-prinsip yang telah dicanangkan para pendirinya, baik dalam hal akidah, syariah, maupun akhlak.
"NU harus mampu menjaga hal-hal lama yang baik, dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik, al-muhafadhah 'alal qadimish shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah, tanpa keluar dari ajaran salafus shalih," kata Wakil Rais 'Aam PBNU KH Anwar Iskandar yang memandu acara itu menyimpulkan.
Sebelumnya, Kiai Anwar juga menyampaikan sejumlah capaian fenomenal, yakni Muktamar Internasional Fikih Peradaban I sebagai kelanjutan dari G20 Religion Forum atau R20 yang juga diinisiasi NU. Salah satu butir deklarasi dari pertemuan ulama dunia itu adalah memberi legitimasi kepada Piagam PBB dan PBB itu sendiri sebagai institusi multilateral yang sah dari kacamata syariat.
"NU telah mendeklarasikan sebuah cita-cita besar bahwa kita ingin jadi pelopor dalam rangka menyelesaikan masalah-masalah dunia," katanya.
Peran tersebut, menurutnya, adalah usaha NU dalam menerjemahkan prinsip ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan kemanusiaan) yang sudah dicanangkan KH Achmad Siddiq, Rais 'Aam PBNU (1984-1991). Trilogi ukhuwah itu telah dielaborasi secara pemikiran oleh KH Abdurrahman Wahid lalu diwujudkan dalam program-program oleh kepengurusan PBNU pimpinan Gus Yahya, era sekarang.
Tampak hadir dalam forum itu Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar beserta Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan segenap pegurus harian PBNU lainnya. Sebelumnya, para kiai sepuh NU dari berbagai daerah di Indonesia menggelar tahlil dan istigasah di area makam Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Kamis ba'da isya' (16/2/2023).
Ketua PBNU yang juga juru bicara tasyakuran ini, Alissa Qotrunnada Munawaroh menyebut acara ini sebagai malam spiritualitas yang dihadiri para kiai yang mayoritas dari jajaran mustasyar dan syuriyah dari pusat dan se-Pulau Jawa.
"Gus, mbak, mas semua. Terima kasih atas dedikasi, kerja keras, dan kerja samanya. Semoga kita mendapat barokah muassis NU melalui khidmah kita beberapa hari ini. Saya senang, rangkaian Harlah 1 Abad NU yang megah, kita akhiri dengan hikmat dan syahdu di makam muassis NU. Semua tak lepas dari khidmah teman-teman semua," kata Ning Alissa mengapresiasi panitia.