Jumat 17 Feb 2023 13:16 WIB

Pejabat AS: Pengurangan Produksi Menandakan Minyak Rusia tak Terjual

Rusia memangkas produksi minyak mentah sebesar 500 ribu barel per hari

FILE - Sebuah kapal tanker minyak ditambatkan di kompleks Sheskharis, bagian dari Chernomortransneft JSC, anak perusahaan Transneft PJSC, fasilitas terbesar untuk produk minyak dan minyak bumi di Rusia selatan, di Novorossiysk, Selasa, 11 Oktober 2022. Rusia masih menghasilkan banyak uang dari penjualan minyak meskipun ada batasan harga yang diberlakukan oleh Kelompok Tujuh negara demokrasi utama. Para peneliti di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih Helsinki mengatakan dalam laporan Rabu 11 Januari 2023 bahwa batas tersebut terlalu lunak pada $60 per barel.
Foto: AP Photo, File
FILE - Sebuah kapal tanker minyak ditambatkan di kompleks Sheskharis, bagian dari Chernomortransneft JSC, anak perusahaan Transneft PJSC, fasilitas terbesar untuk produk minyak dan minyak bumi di Rusia selatan, di Novorossiysk, Selasa, 11 Oktober 2022. Rusia masih menghasilkan banyak uang dari penjualan minyak meskipun ada batasan harga yang diberlakukan oleh Kelompok Tujuh negara demokrasi utama. Para peneliti di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih Helsinki mengatakan dalam laporan Rabu 11 Januari 2023 bahwa batas tersebut terlalu lunak pada $60 per barel.

REPUBLIKA.CO.ID, HOUSTON -- Keputusan Rusia untuk memangkas produksi minyak mentah sebesar 500.000 barel per hari mencerminkan ketidakmampuannya untuk menjual semua minyaknya, kata Ben Harris, Asisten Sekretaris Departemen Keuangan AS pada Kamis (16/2/2023).

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak pekan lalu, mengatakan akan secara sukarela memangkas produksi mulai bulan depan setelah dimulainya pembatasan harga oleh Barat untuk minyak dan produk minyak Rusia pada 5 Februari. Langkah untuk memotong sekitar 5 persen produksi sementara tersebut mendorong harga global.

"Mereka mengurangi produksi karena mereka tidak bisa menjualnya (minyaknya), bukan karena mereka ingin menggunakan minyak dan produk olahannya sebagai senjata," kata Harris dalam sambutannya di Argus Americas Crude Summit.

Pemotongan itu menyusul embargo dan sanksi, termasuk batas harga minyak mentah 60 dolar AS per barel yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh negara-negara Barat untuk menghukum Moskow atas invasinya ke Ukraina. Polandia, Latvia, Lithuania, dan Estonia telah mendorong untuk menurunkan batas harga minyak mentah.

Pendapatan anggaran bulanan Rusia dari minyak dan gas turun 46 persen pada Januari ke level terendah sejak Agustus 2020 di bawah dampak sanksi Barat terhadap ekspornya yang paling menguntungkan, menurut data kementerian keuangan.

Batas tersebut berusaha untuk menjaga stabilitas pasar dan menurunkan pendapatan Rusia, yang keduanya telah tercapai, kata Harris.Tidak ada perusahaan Amerika yang terlibat dalam perdagangan minyak Rusia di atas batas harga, katanya.

Tidak jelas apakah Rusia akan menutup minyak mentah karena kesulitan logistik menempatkan minyak mentah di batas atas, atau apakah pemotongan produksi berlangsung, ujarMichael Cohen, kepala ekonom BP AS, selama konferensi.

Colin Parfitt, wakil presiden midstream untuk Chevron Corp, juga mengatakan belum jelas apakah penurunan produksi itu besar. Pasar berada dalam pendekatan "tunggu dan lihat" terhadap pengumuman tersebut, kata Parfitt kepada Reuters di sela-sela konferensi.

Rusia masih menjual barel minyak mentah dengan potongan harga kepada pembeli termasuk China dan India. Membeli barel Rusia itu "sangat menguntungkan" bagi sebagian besar dunia, kata Presiden Mercuria Daniel Jaeggi di konferensi tersebut.

Namun, Goldman Sachs mengatakan dalam sebuah catatan awal pekan ini bahwa mitra dagang Moskow semakin membayar lebih banyak untuk minyak mentah Rusia daripada harga yang dikutip, melindungi Rusia dari dampak sanksi Barat.

Kepala Eksekutif Phillips 66, Mark Lashier mengatakan asumsi dasar perusahaan adalah bahwa produk minyak mentah dan minyak Rusia akan masuk ke pasar.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement