REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut implementasi Industri 4.0 akan meningkatkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) hingga 1-2 persen per tahun dari baseline, mulai 2018 sampai 2030.
"Inisiatif making Indonesia 4.0 juga menciptakan lebih dari 10 juta tambahan lapangan kerja dan kontribusi sektor manufaktur didongkrak dari sekitar 19 persen menjadi 25 persen pada 2030," kata Airlangga saat memberikan pidato secara daring dalam Peringatan Hari Pendidikan Teknik ke-77 Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat (17/2/2023).
Ke depan sektor industri nasional harus bersiap menghadapi kelanjutan dari Industri 4.0 yakni Society 5.0 melalui2 kehadiran smart cities dan kehidupan masyarakat yang lebih terdigitalisasi.
"Indonesia menyiapkan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara sebagai smart cities untuk menyiapkan masyarakat masuk ke Society 5.0," katanya.
Pada saat yang sama, hilirisasi komoditas berbasis sumber daya alam (SDA) juga terus didorong dan ketergantungan padaimpor juga terus dikurangi mengingat sebesar 91,35 persen dari total impor masih berupa impor bahan baku, penolong, dan barang modal.
"Ini tantangan agar fakultas teknik bisa memperdalam struktur industri permesinan, khususnya di sektor agro. Selanjutnya di sektor padat modal seperti minyak bumi, elektronik dan bahan kimia juga perlu dikembangkan riset dan pengembangannya untuk kurangi impor," katanya.
Pemerintah juga menyiapkan sejumlah insentif fiskal seperti super deduction tax untuk mendorong implementasi industri 4.0 dan mengurangi impor.
"Perguruan tinggi dan pelaku usaha diharapkan bisa bekerja sama agar kedaulatan teknologi dan energi bisa tercapai. Universitas diharapkan memanfaatkan ekosistem untuk riset yang fokus," ucapnya.