REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjalanan Isra Mi'raj yang dialami Nabi Muhammad ﷺ merupakan peristiwa yang wajib diyakini oleh setiap muslim. Namun, para ulama berselisih pendapat terkait berapa kali terjadi Isra Mi'raj, apakah ini hanya berlangsung sekali atau berkali-kali?
Dikutip dari buku Keajaiban Peristiwa Isra Miraj karya Abu Ubaidah Yusuf, ada yang berpendapat dua kali, sadar dan mimpi. Ada juga yang mengatakan dua kali, sebelum wahyu dan sesudahnya.
Dan ada yang berpendapat tiga kali, sekali sebelum wahyu dan dua kali setelahnya. Bahkan sebagian ulama berpendapat Isra‘ terjadi sebanyak 30 kali. (Lawami’ul Anwa)
Hal ini karena adanya riwayat-riwayat yang agak samar dalam riwayat Syarik bin Abdillah al-Qadhi. Namun, metode seperti ini hanyalah dilakukan para ahli hadits yang tidak mapan. Sebab pendapat yang benar dari para pakar ilmu hadits bahwa isra‘ hanya terjadi sekali di Makkah sesudah Nabi ﷺ diutus dan sebelum hijrah setahun atau setahun dua bulan, sebagaimana dikatakan Ibnu Abdil Barr. (Syarh Aqidah ath-Thahawiyyah)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
“Pendapat yang benar dari ahli hadits ialah bahwa isra‘ hanya sekali di Makkah setelah Nabi ﷺ diutus. Sungguh mengherankan pendapat sebagian kalangan yang mengatakan bahwa hal itu terjadi berkali-kali. Bagaimana mungkin mereka menganggap bahwa pada setiap kali diwajibkan pada Nabi ﷺ lima puluh kali shalat kemudian Nabi ﷺ mondar-mandir antara Rabbnya dan Musa Alaihissallam sehingga menjadi lima kali dalam sehari, kemudian Allah berfirman, ‘Aku telah tetapkan kewajiban-Ku dan telah diringankan untuk hamba-Ku’, lalu setelah itu diulang lagi pada kali kedua yang asalnya lima puluh kali kemudian dihapus sepuluh-sepuluh. Para ulama pakar telah menyalahkan Syarik dalam lafal-lafal hadits isra riwayatnya. Imam Muslim meriwayatkan yang shahih darinya lalu mengatakan, ‘Dia mengedepankan dan mengakhirkan, menambah dan mengurangi’, lalu beliau tidak memaparkan haditsnya. Sungguh bijak perbuatan beliau.” (Zadul Ma’ad)