Sabtu 18 Feb 2023 08:12 WIB

Kisah Imam Hasan Al Bashri dan Ibu dalam Keranjang

Imam Hasan Al Bashri menegur seorang pria yang tawaf sambil membawa keranjang.

Kisah Imam Hasan Al Bashri dan Ibu dalam Keranjang. Foto: Tawaf ifadah di masjidil Haram Mekkah (ilustrasi).
Foto: dok Republika
Kisah Imam Hasan Al Bashri dan Ibu dalam Keranjang. Foto: Tawaf ifadah di masjidil Haram Mekkah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Dikisahkan, Suatu ketika Imam Hasan al Bashri Rahmatullah alaih , seorang ulama besar dari kalangan tabiin, melihat seorang laki-laki tawaf mengelilingi Baitullah. Laki-laki itu tawaf dengan membawa sebuah keranjang besar yang terbuat dari daun kurma.

Hasan Al Bashri menegur laki-laki tersebut dengan berkata, "Wahai paman, lepaskanlah keranjangmu, hormatilah kecuian Baitullah."

Baca Juga

Saat laki-laki itu mengetahui orang yang menegurnya adalah Imam Hasan Al Bashri, seorang ulama besar, maka dia menjawab sekaligus bertanya:

"Wahai Syekh, di dalam keranjang ini ada ibuku. Aku telah menggendongnya di bahuku sebanyak tujuh kali haji. AKu menggendongnya dari kediamanku di Syam yang paling jauh hingga ke sini. Aku mengelilingi tempat-tempat pelaksanaan haji dan juga Baitullah sambil menggendongnya, maka apakah aku sudah memenuh hak-haknya?"

Hasan Al Bashri menjawab, "Seandainya engkau menggendongnya di atas bahumu selama 70 tahun dari belahan bumi yang paling jauh, maka itu pun belum memenuhi hak ibumu dan barangkali apa yang telah engkau lakukan itu hanya untuk satu kali engkau berputar di dalam perutnya."

Kisah ini diceritakan oleh Nashr bin Muhammad bin Ahmad bin Ibrahim al Faqih al-Hanafi atau lebih dikenal dengan nama Imam Abu Laits Al Samarqandi (wafat 373 H). Kisah ini dimasukkan dalam buku 198 Kisah Haji Wali-Wali Allah yang ditulis oleh Syekh Abdurrahman Ahmad As-Sirbuny.

Sementara, dalam buku Ibumu Surgamu karya Ustadz Thoriq Aziz Jayana yang diterbitkan oleh DivaPrezz, dijelaskan bahwa, sebesar apapun kebaikan kita terhadap ibu, tak akan pernah setara dengan jasa dan pengorbanan ibu untuk anak-anaknya. Harta yang kita berikan kepada ibu ketika ia telah tua renta, tak akan pernah menggantikan setetes air susu ibu yang ia berikan kepada kita.

Mengapa tak pernah sebanding?

Karena ibu adalah penyambung hidup anaknya. Sejak dalam kandungan hingga berada di dunia, jasa-jasa ibu akan selalu ada.

Seandainya ibu tak punya kasih sayang, mungkin anak itu sudah dibiarkan mati di perutnya. Seandainya ibu tak ikhlas merawat anaknya, mungkin anak tersebut akan dibuang ke hutan menjadi santapan hewan buas.

"Jika ibu tak berjasa kepada anaknya, mungkin anak tersebut bukanlah apa-apa sampai saat ini," ujar Ustadz Thoriq.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement