Sabtu 18 Feb 2023 08:14 WIB

Gedung Putih: Komunikasi Militer AS-Cina Masih Tertutup

Diplomat AS dan Cina masih dapat berkomunikasi meskipun ada ketegangan karena balon.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Lida Puspaningtyas
 Foto ini disediakan oleh Angkatan Udara A.S. menunjukkan seorang pilot Angkatan Udara A.S. lepas landas dengan F-22 Raptor di Pangkalan Bersama Langley-Eustis, Va., Sabtu, 4 Februari 2023. Atas arahan Presiden Joe Biden, jet tempur dikerahkan untuk menembak jatuh balon mata-mata di lepas pantai Carolina Selatan.
Foto: Senior Airman Chloe Shanes/U.S. Air Force via
Foto ini disediakan oleh Angkatan Udara A.S. menunjukkan seorang pilot Angkatan Udara A.S. lepas landas dengan F-22 Raptor di Pangkalan Bersama Langley-Eustis, Va., Sabtu, 4 Februari 2023. Atas arahan Presiden Joe Biden, jet tempur dikerahkan untuk menembak jatuh balon mata-mata di lepas pantai Carolina Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Komunikasi diplomatik Amerika Serikat (AS) dengan Cina tetap terbuka setelah penembakan balon mata-mata bulan ini. Namun Gedung Putih mengkonfirmasi pada Jumat (17/2/2023), kontak antara militer kedua negara tetap tertutup.

"Sayangnya, jalur militer tidak terbuka, dan itulah yang benar-benar ingin kami ubah," kata Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby.

Baca Juga

Kirby mengatakan dalam pengarahan berita Gedung Putih, diplomat AS dan Cina masih dapat berkomunikasi meskipun ada ketegangan terkait insiden balon tersebut. “Saya akui ada ketegangan, tapi Menteri Blinken masih membuka jalur komunikasi dengan menteri luar negeri. Kami masih punya kedutaan di Beijing… dan Deplu juga bisa berkomunikasi langsung dengan personel kedutaan RRC di sini,” ujarnya mengacu pada Republik Rakyat Cina.

Cina memutuskan beberapa saluran komunikasi antar militer dan bidang dialog bilateral lainnya setelah kunjungan Ketua States House of Representatives Nancy Pelosi ke Taiwan pada Agustus tahun lalu. Kunjungan ini membawa hubungan Washington-Beijing ke titik terendah yang berbahaya.

Menurut Kirby, ini bukan waktu yang tepat bagi Menteri Luar Negeri Antony Blinken untuk melakukan perjalanan ke Cina. Dia menunda perjalanan 5-6 Februari karena kemunculan balon.

Meski kunjungan Blinken batal, nyatanya AS tetap ingin menjalin komunikasi dan hubungan dengan Cina usai tanggapan terhadap balon milik Cina. Presiden Joe Biden ingin berbicara dengan Presiden Cina Xi Jinping dalam waktu yang tepat.

Biden memberikan pidato yang berfokus pada insiden balon tersebut pada Kamis (16/2/2023). Dia mengatakan dia berharap untuk berbicara dengan Xi tentang hal itu dan berharap untuk menyelesaikan pertikaian tersebut.

Menjawab pertanyaan tentang penyataan Biden, Kirby mengatakan, Washington tidak secara resmi meminta melakukan pembicaran dengan Xi. "Itu berarti tidak akan terjadi, bahwa presiden ... tidak ingin berbicara dengan Presiden Xi. Dia akan melakukannya," ujarnya.

"Tidak ada prasyarat untuk menelepon. Presiden ingin berbicara dengan Presiden Xi pada waktu yang tepat," kata Kirby.

Pejabat Gedung Putih mengatakan Biden dan Xi terakhir berbicara pada pertemuan di pulau Bali pada November dan kedua belah pihak melihat perjalanan Blinken ke Beijing sebagai kesempatan untuk menindaklanjuti upaya menstabilkan hubungan yang semakin tegang. Komentar Kirby muncul ketika para pejabat AS telah melihat kemungkinan pertemuan antara Blinken dan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi di sela-sela Konferensi Keamanan Munich yang dimulai pada Jumat (17/2/2023).

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement