Sabtu 18 Feb 2023 08:19 WIB

Intelijen Israel Peringatkan Menteri Keamanan Atas Tindakan Keras ke Warga Palestina

Metode yang digunakan Menteri Bar di masa lalu tidak memberikan keamanan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Warga Palestina berlarian di tengah asap selama bentrokan setelah serangan militer Israel di kota Nablus, Tepi Barat utara, 30 Desember 2022. Sepuluh warga Palestina terluka dalam bentrokan itu menurut sumber medis Palestina.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Warga Palestina berlarian di tengah asap selama bentrokan setelah serangan militer Israel di kota Nablus, Tepi Barat utara, 30 Desember 2022. Sepuluh warga Palestina terluka dalam bentrokan itu menurut sumber medis Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kepala dinas intelijen Israel Shin Bet, Ronen Bar, memperingatkan Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir bahwa tindakan kerasnya di Yerusalem Timur dapat memicu kekerasan lebih lanjut. Menurut laporan Channel 13, Bar dalam beberapa hari terakhir telah menghubungi Ben-Gvir, setelah mendapat izin dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Channel 13 menggambarkan pembicaraan Bar dan Ben-Gvir merupakan sebuah langkah yang sangat luar biasa. Stasiun televisi itu mencatat, pemimpin Shin Bet biasanya tidak menemui menteri.

Baca Juga

 "Aktivitas Anda menciptakan perasaan pelecehan kolektif. Ini mengganggu Yerusalem (Timur)dan dapat menyebabkan gejolak yang luas pada waktu yang sensitif ini," kata Bar kepada Ben Gvir, dilaporkan Middle East Monitor, Kamis (16/2/2023).

Ben-Gvir telah menanggapi peringatan Bar. Dia mengatakan, metode yang digunakan Bar di masa lalu tidak memberikan keamanan. Shin Bet memperkirakan bahwa eskalasi keamanan telah menjadi tak terhindarkan di wilayah pendudukan Yerusalem dan Tepi Barat. 

Menurut laporan, Ben-Gvir bahkan bentrok dengan Netanyahu dan Kepala Polisi Israel, Kobi Shabtai, setelah mereka menolak permintaannya untuk menghancurkan lebih banyak bangunan Palestina dan memperketat tindakan terhadap warga Palestina di Yerusalem.

Selama rapat kabinet Israel pada Ahad (12/2/2023) Ben Gvir menuntut untuk menghancurkan sebuah gedung 14 lantai di Kota As-Sawahra, sebagai pembalasan atas serangan di pemukiman Ramot. 

Namun, Netanyahu menentang permintaan tersebut. Netanyahu meminta agar reaksi terhadap operasi run-over menjadi "moderat". Sebuah pernyataan di akhir pertemuan mengatakan polisi dan penjaga perbatasan disiagakan di Yerusalem.

Pada Selasa (14/2/2023) otoritas Israel memutuskan untuk mengerahkan lebih banyak pasukan polisi dan pasukan cadangan penjaga perbatasan di Yerusalem. Sementara itu, laporan menunjukkan bahwa Shabtai menentang permintaan Ben-Gvir untuk mempercepat penghancuran rumah warga Palestina di Yerusalem Timur, karena kurangnya personel polisi yang cukup untuk melindungi dan mengamankan penghancuran.

Pada akhirnya, Shabtai memenuhi permintaan Ben -Gvir untuk mengirim lebih banyak penjaga perbatasan dan pasukan polisi ke Yerusalem. Sementara Netanyahu khawatir tindakan Ben Gvir akan memancing kritik internasional.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement