REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dolar turun tipis terhadap euro dan sterling pada akhir perdagangan Jumat waktu setempat atau Sabtu (18/2/2023) pagi WIB. Ini karena pasar melakukan penyesuain posisi menjelang akhir pekan yang panjang dan menunggu petunjuk tentang bagaimana Federal Reserve berencana untuk terus menangani inflasi yang masih tinggi.
Beberapa pejabat Federal Reserve mengisyaratkan minggu ini bahwa bank sentral AS kemungkinan harus menaikkan suku bunga lebih tinggi untuk membawa inflasi kembali ke tingkat yang diinginkan.
Pembicaraan hawkish ditambah dengan data ekonomi yang lebih panas dari perkiraan telah menyebabkan beberapa memperkirakan tiga kenaikan suku bunga tambahan tahun ini.
Goldman Sachs mengatakan mereka memperkirakan Fed menaikkan suku bunga tiga kali lagi dengan seperempat persentase poin setiap kali, setelah data minggu ini menunjukkan inflasi yang persisten dan ketahanan di pasar tenaga kerja.
"Pasar seperti mengkalibrasi ulang dirinya sendiri untuk beberapa bulan mendatang. Yang paling realistis, menurut saya, akan menjadi 25 basis poin pada Maret, dan kemudian 25 basis poin lagi pada Mei," kata Amo Sahota, direktur di Klarity FX di San Francisco.
Data AS pada Kamis (16/2/2023) menunjukkan harga produsen bulanan meningkat paling tinggi dalam tujuh bulan pada Januari karena biaya produk energi melonjak, sementara jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran secara tak terduga turun minggu lalu.
Itu terjadi setelah data pada Rabu (15/2/2023) menunjukkan bahwa penjualan ritel AS meningkat paling tinggi dalam hampir dua tahun pada Januari setelah dua penurunan bulanan berturut-turut.
"Saya pikir penjualan ritel adalah yang besar, dan kemudian pembicara Fed hanya membantu memperkuat ide dari sana," kata Sahota. "Tidak ada yang benar-benar ingin melepaskan gagasan bahwa kita akan mendapatkan Goldilocks (keadaan perekonomian yang tidak kepanasan)."
Pedagang berjangka dana Fed sekarang memperkirakan suku bunga dana fed mencapai 5,29 persen pada Juli, dan tetap di atas 5,0 persen sepanjang tahun. Kisaran target The Fed berdiri di 4,5 persen hingga 4,75 persen, telah meningkat pesat dari 0 persen hingga 0,25 persen pada Maret 2022.
Indeks dolar terakhir turun 0,24 persen di 103,83, setelah sebelumnya mencapai 104,67, tertinggi sejak 6 Januari.
"Sementara dolar menyerahkan beberapa kenaikannya baru-baru ini terhadap euro dan sterling hari ini, pergerakannya relatif kecil menjelang liburan akhir pekan.
Pasar telah bereaksi terhadap data yang kuat baru-baru ini dalam mengantisipasi buku pedoman Fed untuk menempatkan dolar pada level saat ini, tetapi apa yang terjadi selanjutnya masih menjadi pertanyaan," kata Uto Shinohara, direktur pelaksana dan ahli strategi investasi senior di Mesirow.
"Investor sedang menunggu informasi lebih lanjut untuk bertindak sebagai katalisator. ... Sementara itu, pemangkasan posisi beli dolar dan menutup posisi jual euro dan sterling menyusul lonjakan dolar baru-baru ini dapat diharapkan karena pasar menunggu rilis resalah pertemuan FOMC pada Rabu (22/2/2023), berharap ada petunjuk yang mengungkapkan denyut nadi The Fed."
Sterling naik 0,48 persen pada 1,2044 dolar, sementara euro naik 0,22 persen menjadi 1,0696 dolar, setelah sebelumnya jatuh ke 1,06125 dolar, terendah sejak 6 Januari. Pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) juga menjelaskan bahwa mereka memperkirakan suku bunga zona euro akan terus meningkat.