Sabtu 18 Feb 2023 12:34 WIB

Hajar Sa'deddin, Perempuan Pertama yang Memimpin Radio Quran di Mesir

Hajar dinobatkan sebagai duta perdamaian PBB pada 1996.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Ani Nursalikah
Hajar Sadeddin, seorang perempuan pertama di Mesir yang menjabat sebagai kepala Radio Quran Mesir. Hajar Sadeddin, Perempuan Pertama yang Memimpin Radio Quran di Mesir
Foto: Iqna.ir
Hajar Sadeddin, seorang perempuan pertama di Mesir yang menjabat sebagai kepala Radio Quran Mesir. Hajar Sadeddin, Perempuan Pertama yang Memimpin Radio Quran di Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir mempunyai sosok perempuan era modern yang tangguh dan telah mengangkat posisi perempuan terutama di dunia media penyiaran. Ia adalah Hajar Sa'deddin seorang perempuan pertama di Mesir yang menjabat sebagai kepala Radio Quran Mesir. Ia menjabat posisi itu selama tujuh bulan. 

 

Baca Juga

Seperti dilansir Iqna.ir pada Jumat (17/2/2023), Hajar adalah lulusan Universitas Islam Al Azhar, Hajar diangkat sebagai kepala Radio Quran Mesir pada 1997 setelah Abdul Samad al-Dasoughi pensiun sebagai direktur radio. Sebelumnya, ia membuat program bertajuk Agama dan Kehidupan, yang menampilkan interpretasi ayat-ayat Alquran dari sudut pandang agama dan sains.

 

Dia juga menjabat sebagai wakil kepala stasiun radio. Program tersebut ditayangkan di Radio Quran di bulan suci Ramadhan dan menarik banyak pendengar.

 

Hajar mengatakan dia bukan wanita pertama yang bekerja sebagai presenter di Radio Quran. Ia menambahkan bahwa sebelum dia, Fatima Taher adalah seorang presenter radio di stasiun radio pada 1979. Sebelumnya, dia mencatat, ada larangan penyiaran suara perempuan di Radio Quran.

 

Tetapi saat ini, menurtnya ada banyak perempuan yang bekerja di radio dalam berbagai kapasitas. Merujuk pada sejarah Radio Quran, Hajar mengatakan Radio Quran itu didirikan pada Maret 1964 atas perintah presiden Mesir saat itu Gamal Abdel Nasser.

 

Bacaan Alquran pertama yang disiarkan di radio telah dikumpulkan oleh Syekh al-Husari. Ia menambahkan master seperti Abdul Basit Abdul Samad dan Mahmoud Ali al Bana kemudian melanjutkan jalannya.

 

Hajar dinobatkan sebagai duta perdamaian PBB pada 1996 atas perannya dalam mengangkat posisi perempuan di dunia Arab.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement