REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Fitch Ratings menilai, pertumbuhan pembiayaan syariah Malaysia kemungkinan akan moderat pada 2023. Hal itu karena tingkat pembiayaan yang lebih tinggi mengurangi permintaan.
Hanya saja lembaga tersebut memperkirakan, pertumbuhan akan terus mengungguli bank konvensional. Alasannya karena lingkungan peraturan negara yang mendukung, ekosistem keuangan Islam, serta pergeseran menuju layanan yang sesuai syariah.
Dijelaskan, rebound ekonomi yang kuat telah mendorong pertumbuhan pembiayaan syariah ke level tertinggi lima tahun sebesar 13 persen pada 2022. Itu didorong oleh peningkatan berkelanjutan dalam pinjaman modal kerja dan ketahanan sektor rumah tangga.
Hal tersebut telah meningkatkan pangsa pembiayaan syariah menjadi 41 persen dari total pinjaman sistem perbankan pada akhir 2022, dari sekitar 38 persen pada akhir 2021, yang semakin mengukuhkan Malaysia sebagai pasar perbankan syariah terbesar ketiga di dunia. Malaysia juga memiliki pasar sukuk yang mapan dan terdepan di dunia, dengan sukuk merupakan sekitar 64 persen dari penerbitan lokal yang beredar pada akhir November 2022.
Tingkat suku bunga yang lebih tinggi dan moderasi dalam pertumbuhan ekonomi, dinilai kemungkinan akan melemahkan momentum dan membebani kualitas pembiayaan bank syariah pada 2023. "Meski demikian, kami berharap setiap penurunan kualitas aset dapat dikelola, mengingat tingkat pencadangan yang memadai dan ekonomi yang masih berkembang, dengan perkiraan PDB akan meningkat sebesar 3,5 persen sepanjang tahun," jelas Fitch Ratings dilansir dari websitenya, Sabtu (18/2/2023).
Tingkat permodalan bank syariah dinilai tetap sehat, seperti yang ditunjukkan oleh sistem common equity Tier 1 ratio sebesar 14,2 persen pada akhir 2022. Kondisi pendanaan dapat semakin mereda tahun ini, dengan bank sentral Malaysia meratakan pengetatan moneter dan karena pertumbuhan pembiayaan moderat.