Sabtu 18 Feb 2023 12:54 WIB

Deplu AS Kecam Serangan Tentara Israel pada Aktivis Palestina

Tentara Israel tersebut dikurung selama 10 hari.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Ani Nursalikah
 Seorang tentara Israel bekerja di perbatasan Israel dengan Lebanon di Rosh Hanikra, Israel, Jumat, 14 Oktober 2022.
Foto: AP/Tsafrir Abayov
Seorang tentara Israel bekerja di perbatasan Israel dengan Lebanon di Rosh Hanikra, Israel, Jumat, 14 Oktober 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, HEBRON -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengecam serangan seorang tentara Israel terhadap aktivis HAM terkemuka Palestina Issa Amro di kota Hebron, Tepi Barat, Palestina yang diduduki baru-baru ini.

Seperti dilansir The New Arab, Sabtu (18/2/2023), dalam sebuah video yang diunggah ke Twitter oleh jurnalis majalah New Yorker Lawrence Wright, seorang tentara Israel mencengkeram jaket dan leher Amro dan melemparkannya ke tanah.

Baca Juga

Dia kemudian menendang punggung aktivis itu sebelum dihentikan oleh tentara lainnya. Pada Senin (13/2/2023), militer Israel akhirnya memberi sanksi berupa kurungan selama 10 hari pada tentara yang melakukan penyerangan pada aktivis Palestina itu. 

 

"Kami mengutuk agresi terhadap masyarakat sipil dan serangan terhadap Issa Amro," cuit Kantor Urusan Palestina (OPA) Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

 

"Kami mencatat (tentara Israel) mengatakan telah mendisiplinkan prajurit yang terlibat. Pihak berwenang harus menahan diri terhadap warga sipil di Tepi Barat, tidak melakukan kekerasan yang tidak proporsional di mana pun, termasuk di pos pemeriksaan," tambah Departemen itu 

 

Amro adalah pendiri kelompok Youth Against Settlements yang berbasis di Hebron. Ia mengatakan bahwa penyerangan  itu bukanlah tentang aktivis hak asasi manusia atau tentang prajurit individu. 

 

"Ini bukan insiden yang terisolasi, tetapi salah satu dari banyak, karena sistem apartheid dan rasisme, yang dibuat untuk menyiksa warga Palestina di wilayah pendudukan dan menjadikan mereka contoh kekerasan yang tak terhitung jumlahnya," katanya.

 

“Tujuan keseluruhannya adalah untuk membunuh semangat kami untuk menuntut kesetaraan dan kebebasan. Untuk alasan ini, pernyataan OPA tidak cukup menyampaikan peristiwa yang sebenarnya dan tidak sebanding dengan apa yang sebenarnya terjadi pada saya dan penderitaan sehari-hari rakyat orang Palestina," tambahnya.

 

"Kami dengan tulus berharap Departemen Luar Negeri bekerja keras untuk membuat Israel dan para pemukim bertanggung jawab atas konsekuensi mengerikan dari pendudukan militernya dan untuk sistem apartheid nya di tanah Palestina." 

 

Unggahan Kantor Urusan Palestina (OPA) Departemen Luar Negeri Amerika Serikat  muncul setelah juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price pada Rabu mengatakan siapa pun yang melihat video itu tidak dapat pergi begitu saja. 

 

"Kami telah melihat laporannya. Kami juga telah melihat laporan bahwa tentara Israel mengakui bahwa tentara yang terlibat melanggar kode etik dan kemudian mendisiplinkannya. Ketika kasus seperti itu terjadi, kami yakin harus ada pertanggung jawaban yang tepat dan waktu yang sesuai," katanya.

 

Insiden di Hebron memicu gelombang internal Israel. Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben Gvir salah satu dari beberapa ratus pemukim Yahudi garis keras yang tinggal di kota menyuarakan dukungan penuh untuk tentara tersebut. 

 

Ben Gvir menyebut hukuman prajurit itu termasuk penangguhan dari tugas tempur aktif  sebagai aib dan menggambarkan Amro sebagai seorang anarkis. "Saya mendukung penuh tentara, yang tidak tinggal diam. Tentara pantas didukung, bukan dipenjara," cicit Ben Gvir. 

 

Amro  disebutkan oleh Wright, jurnalis New Yorker sebagai seorang aktivis perdamaian menuduh menteri tersebut mencoba membuatnya terbunuh. "Tentara mendengarkan @itamarbengvir bukan komandan pendudukan militer mereka," tweet Amro. 

 

Ada hampir 50 warga Palestina dan pemukim di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang terbunuh sepanjang tahun  oleh pasukan Israel. Itu terjadi setelah hampir 150 warga Palestina terbunuh di wilayah itu oleh pasukan Israel pada 2022, menjadikannya tahun paling mematikan di sana sejak 2004.

Wartawan Palestina-Amerika Shireen Abu Akleh termasuk di antara mereka yang terbunuh pada tahun 2022. Dia ditembak mati Mei lalu saat meliput serangan militer di kamp pengungsi Jenin. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement