Sabtu 18 Feb 2023 18:34 WIB

Sepotong Surga Turki Hancur Diguncang Gempa

Kompleks perumahan mewah di selatan Turki ikut runtuh akibat guncangan gempa.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Tim penyelamat mencari korban selamat di antara puing-puing sebuah bangunan yang hancur akibat gempa hebat di Kahramanmaras, Turkiye.
Foto: Xinhua/Mustafa Kaya
Tim penyelamat mencari korban selamat di antara puing-puing sebuah bangunan yang hancur akibat gempa hebat di Kahramanmaras, Turkiye.

REPUBLIKA.CO.ID, HATAY -- Penghuni kompleks perumahan mewah di selatan Turki mengira apartemennya tahan gempa sampai bangunan itu roboh seperti kartu domino pada pekan lalu. Sekarang reruntuhan Ronesans Rezidans yang diiklankan sebagai 'sepotong surga' ketika dibuka satu dekade lalu itu telah menjadi fokus kemarahan publik.

Para penyintas berdiri di dekat tumpukan puing yang merupakan blok 249 apartemen. Mereka menunggu kabar dari orang-orang terkasih saat harapan untuk bertahan hidup memudar.

Baca Juga

"Saudaraku tinggal di sini selama sepuluh tahun... Dikatakan aman gempa, tetapi Anda bisa melihat hasilnya," kata Hamza Alpaslan yang berusia 47 tahun.

"Itu diperkenalkan sebagai tempat tinggal terindah di dunia. Kondisinya mengerikan. Tidak ada semen atau besi yang layak di dalamnya. Ini benar-benar neraka," ujarnya.

Setelah 11 hari gempa menyebabkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal, kemarahan tumbuh atas praktik bangunan yang korup dan pembangunan perkotaan yang sangat cacat. Kementerian Urbanisasi Turki memperkirakan 84.700 bangunan telah runtuh atau rusak parah.

Sementara Rezidans Ronesans yang diterjemahkan sebagai "Kediaman Renaisans" termasuk dalam bagunan yang runtuh, beberapa bangunan tua di dekat blok tersebut justru masih berdiri. Lusinan orang yang diwawancarai di kota Hatay, tempat kompleks itu berdiri, menuduh kontraktor menggunakan bahan murah atau tidak sesuai. 

"Siapa yang bertanggung jawab? Semuanya, semuanya, semuanya," kata Alpaslan menyalahkan otoritas lokal dan pengawas bangunan.

Pengembang kompleks tersebut Mehmet Yasar Coskun ditangkap di Bandara Istanbul saat bersiap untuk naik pesawat ke Montenegro pada pekan lalu. "Masyarakat sedang mencari penjahat, pelakunya. Klien saya dipilih sebagai pelakunya," kata pengacara Coskun Kubra Kalkan Colakoglu kepada jaksa penuntut, menurut dokumen pengadilan.

Menurut laporan Anadolu Agency, Coskun mengatakan kepada jaksa, bangunan itu kokoh dan memiliki semua izin yang diperlukan. Dia membantah melakukan kesalahan.

Sedangkan pemerintah Turki telah berjanji untuk menyelidiki runtuhnya bangunan. Tim keamanan sedang menyelidiki 246 tersangka sejauh ini, termasuk pengembang, 27 di antaranya kini berada dalam tahanan polisi.

"Tidak ada puing yang dibersihkan tanpa mengumpulkan bukti," kata Menteri Kehakiman Turki Bekir Bozdag.

"Setiap orang yang memiliki tanggung jawab dalam membangun, memeriksa, dan menggunakan bangunan sedang dievaluasi," ujarnya.

Partai oposisi menuduh pemerintahnya tidak menegakkan peraturan bangunan dan salah membelanjakan pajak khusus yang dipungut setelah gempa besar terakhir 1999 untuk membuat bangunan lebih tahan gempa. Erdogan mengklaim oposisi berbohong untuk menodai pemerintah dan menghalangi investasi.

Pejabat sektor mengatakan, sekitar 50 persen dari total 20 juta bangunan di Turki melanggar kode bangunan. Pada 2018, pemerintah memperkenalkan amnesti zonasi untuk melegalkan pekerjaan konstruksi yang tidak terdaftar yang diperingatkan oleh para insinyur dan arsitek dapat membahayakan nyawa.

Sekitar 10 juta orang mengajukan permohonan untuk mendapatkan amnesti dan 1,8 juta permohonan diterima. Pemilik properti membayar untuk mendaftarkan bangunan yang kemudian dikenakan berbagai pajak dan pungutan.

Pemerintah mengatakan, perlu untuk menghilangkan ketidaksepakatan antara negara dan warga negara dan melegalkan struktur. "Sayangnya amnesti zonasi di negara kita entah bagaimana dianggap sebagai berkat publik," kata pengacara yang tinggal di Istanbul Omer Mese.

"Kita telah menjadi masyarakat yang hidup dengan menganggapnya sebagai nilai tambah untuk menunda sesuatu selama sehari, tetapi kita akhirnya dihancurkan oleh konsekuensi dari itu. Itulah masalahnya," ujarnya. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement