REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Polres Gorontalo mengamankan tiga warga terduga pelaku teror kepada empat anak siswa SD Negeri 2 Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Kapolres Gorontalo, AKBP Dadang Wijaya, mengatakan ketiga pelaku berinisial IK, PP dan RN diamankan di rumah masing-masing di Kecamatan Telaga Jaya, tidak jauh dari lokasi kejadian perkara.
Menurut Dadang; IK, PP dan RN mengaku tidak ada maksud apa-apa ketika melontarkan kalimat yang diduga bernada teror kepada empat siswa sekolah dasar itu. Aksi yang dilakukannya itu semata lantaran kesal karena keempat bocah tidak mengindahkan bunyi klakson mobil.
"Ketiganya mengakui tidak ada niat melakukan kejahatan. Mereka hanya kesal karena sudah diklakson tapi anak-anak tidak menepi. Apa yang dikatakan mereka kepada keempat bocah SD itu hanya spontanitas saja," kata Dadang, Sabtu (19/2/2023).
Namun demikian, kata Kapolres, IK bersama rekan-rekannya menyampaikan permohonan maaf karena sudah membuat resah. Meskipun tidak ada niat berbuat kejahatan, kata Dadang, tetapi menakut-nakuti dengan bahasa seperti itu memang tidak diperbolehkan, apalagi kondisi saat ini yang marak pemberitaan di media sosial terkait isu penculikan anak.
Atas kejadian ini, pihaknya memberikan pembinaan, dengan disertai kewajiban membuat surat keterangan yang berisi tidak akan mengulangi perbuatan yang sama. "Tidak dilakukan penahanan, hanya saja jika melakukan kembali, kami akan proses hukum karena sudah meresahkan masyarakat," ujarnya.
Sebelumnya, viral di media sosial yang mempertontonkan pengakuan empat siswa SDN 2 Talaga Jaya, Kecamatan Talaga Jaya, diduga diteror oleh orang tak dikenal. Atas informasi itu, pihak kepolisian setempat menelusuri pengemudi mobil yang terekam CCTV, dan tidak membutuhkan waktu lama dalam mengamankan tiga warga tersebut IK, PP, dan RN.
Peristiwa itu berawal ketika IK bersama kedua rekannya mengendarai mobil dari arah Jembatan Jodoh menuju perumahan yang melewati Desa Luwoo, Kecamatan telaga, Kabupaten Gorontalo. Di tengah perjalanan, ada sebuah rangka tenda berada di sebelah kiri jalan. Sementara di depannya ada dua mobil.
"Karena situasinya ada dua kendaraan dan rangka tenda, saya mengambil arah ke sebelah kanan jalan. Saat yang bersamaan juga ada empat anak dari arah depan. Meski sudah diberi tanda dengan membunyikan klakson, tetap saja mereka berada di badan jalan. Karena kesal, dan ketika mobil mendekati mereka, saya langsung mengatakan, 'Di mana menjual kepada anak di sini'. Seketika, anak-anak itu langsung lari," kata IK.