Indeks Literasi Digital Skala Sedang, Penguatan Perlu Dilakukan ke Peserta Didik
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Mahasiswa KKN UAD menggelar sosialisasi literasi digital dengan menyasar peserta didik dan tenaga didik di SD Negeri 3 Panggung, Sidomulyo, Bambanglipuro, Kabupaten Bantul. | Foto: Dokumen
REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Universitas Ahmad Dahlan (UAD) terus berupaya dalam menanamkan literasi digital kepada masyarakat, melalui sosialisasi yang dilakukan secara berkelanjutan. Bahkan, literasi digital ini juga ditanamkan kepada peserta didik, termasuk ke tenaga didik di sekolah-sekolah.
Salah satunya yang dilakukan mahasiswa KKN Reguler 101 Unit C1, yang menggelar sosialisasi literasi digital dengan menyasar peserta didik dan tenaga didik di SD Negeri 3 Panggung, Sidomulyo, Bambanglipuro, Kabupaten Bantul. Sosialisasi ini digelar dengan berkolaborasi bersama dosen Prodi Ilmu Komunikasi UAD, Indah Wenerda.
Literasi ini penting dilakukan, utamanya terhadap anak sekolah dan juga tenaga didik di sekolah. Hal ini mengingat aktivitas masyarakat saat ini banyak yang dilakukan secara daring.
"Lebih-lebih setelah kita melalui masa sulit pandemi Covid-19 kurang lebih dua sampai tiga tahun lamanya. Literasi digital merupakan persoalan mendasar ketika kita bersinggungan dengan penggunaan teknologi," kata Indah.
Pada masa pandemi Covid-19, katanya, pendidikan merupakan sektor yang paling terdampak. Pasalnya, sektor pendidikan harus mengalami percepatan penggunaan teknologi.
Pemberlakukan kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) pun harus dilakukan saat pandemi, dan mengharuskan tenaga pendidik dan peserta didik untuk cepat beradaptasi dengan teknologi.
Meski saat ini pandemi sudah landai, namun penggunaan teknologi masih dilakukan untuk mendukung pembelajaran dan kegiatan sekolah lainnya. Untuk itu, Indah mengatakan pendekatan ke seluruh masyarakat perlu dimaksimalkan, terutama kepada peserta didik dan tenaga didik agar siap menjadi masyarakat digital Indonesia.
"Sosialisasi ini penting ditanamkan sejak dini kepada siswa-siswa SD, agar mereka juga memahami bahwa kehidupan di dunia nyata sama halnya dengan di dunia maya atau internet," ujar Indah yang juga anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) tersebut
Indah juga menuturkan di era digital saat ini dalam memperoleh informasi sangat praktis dan mudah. Melihat hal ini, ia menekankan kepada tenaga didik agar perlu dilakukan tahapan verifikasi informasi sebelum disampaikan kepada peserta didik.
"Demikian juga untuk para tenaga pendidik, bukannya meragukan kompetensi guru-guru, namun dengan tawaran kemudahan dan kepraktisan seperti saat ini perlu agak kita melakukan tahapan verifikasi informasi tentang bahan ajar sebelum disampaikan kepada anak didik," jelas dia.
Selain itu, pentingnya literasi digital ini juga mengingat indeks literasi digital yang masih berada pada skala sedang. Merujuk pada hasil pengukuran di 2020, kata Indah, indeks literasi digital ada pada 3,46 poin (dalam skala 5).
Kemudian, indeks literasi menjadi 3,49 poin di 2021. Indeks literasi digital Indonesia terbaru di 2022, lanjutnya, ada peningkatan menjadi 3,54 poin.
Lebih lanjut, Indah menilai kondisi ini perlu terus didukung dengan adanya peningkatan pemahaman tentang literasi digital. Sebab, dengan indeks literasi digital yang masih berada di angka tiga, merupakan poin yang belum tinggi.
"Khususnya pada kelompok tenaga didik dan anak didik, upaya peningkatan pemahaman tentang literasi digital harus ditingkatkan. Lebih-lebih adanya agenda digitalisasi sekolah yang pasti berdampingan dengan pemanfaatan teknologi," terang Indah.
Dalam sosialisasi yang digelar mahasiswa KKN UAD tersebut, ada beberapa rangkaian kegiatan yang dilakukan. Kegiatan diawali dengan membagikan pretest kepada tenaga didik dan peserta didik pada 13 Februari 2023.
Setelah itu, dilakukan posttest pada 15 dan 16 Februari. Pretest dan posttest dilakukan dengan mencantumkan beberapa pernyataan, yang berisikan tentang dimensi kognitif, afektif, dan konatif dari praktik penggunaan perangkat digital dalam proses belajar, baik dari tenaga didik maupun anak didik.
"Dengan adanya pretest dan posttest, kami dapat mengetahui keadaan awal dan setelah dilakukannya sosialisasi literasi digital. Harapannya dengan skor yang ada, kami dapat mengevaluasi dimensi apa yang perlu dikuatkan lagi pada kegiatan sosialisasi berikutnya," kata Indah.