REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi X DPR RI dari PKS, Ledia Hanifa Amaliah merasa, proses edukasi suporter harus berasal dari masing-masing klub. Ini menanggapi kericuhan yang terjadi baru-baru ini antara suporter klub dari PSIS Semarang dan Persis Solo.
Untuk itu, Ledia meminta pemangku kepentingan terkait agar terlibat aktif melakukan edukasi suporter dari klub sepak bolanya sendiri. Termasuk, saat klub masing-masing memberitahu pembelian tiket dan prosedur saat masuk ke arena stadion.
Selama ini, Ledia menyatakan, ia sedih ketika menonton pertandingan sepak bola dan setelah selesai terjadi kerusuhan yang melibatkan penonton. Karenanya, ia menekankan, edukasi menjadi sangat penting karena adanya fan-fan fanatik.
"Mungkin bisa dimulai dari klub itu sendiri," kata Ledia, Sabtu (18/2/2023).
Saat ini, sepak bola Indonesia memang sedang terus dilakukan evaluasi akibat terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Menurut Ledia, berbagai sisi harus dibenahi agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Maka itu, Ledia mengingatkan, suporter tentu menjadi salah satu sisi yang masuk dalam transformasi sepak bola Indonesia. Hal itu menjadi penting selain tentu evaluasi dalam tubuh PSSI selaku federasi sepak bola Tanah Air sendiri. "Ini perlu kita pelajari seperti Italia dalam menata suporter sepak bola," ujar dia.
Dimulai dari pendaftaran, duduk sesuai klub sepak bola mana yang didukung, pengamanan yang sangat ketat, dan suporter perlu diberi arahan yang jelas. Dengan demikian, proses edukasi seperti ini sangat perlu mendapat dukungan dari klub sepak bola.
Terutama, lanjut Ledia, untuk membina suporter-suporter agar dapat berjalan dengan baik dan tidak terulang lagi bentrokan-bentrokan. Ia berharap, langkah pembinaan berjalan dengan baik dari segi seleksi dan bisa pula berkelanjutan. "Kemudian, mendorong supaya klub-klub sepak bola juga melakukan pembinaan dengan baik, terutama anak-anak Indonesia."