REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Warga rumah susun sewa atau rusunawa Marunda, Cilincing, Jakarta Utara mengeluhkan krisis air bersih. Pemerintah mencarikan solusi dengan mengirimkan mobil tangki air bersih sembari menunggu pembangunan reservoir air komunal, namun keluhan masih terus muncul.
Salah satu penghuni rusun Marunda Herymias (39 tahun) mengaku resah dengan sulitnya mendapatkan air bersih di tempat tinggalnya saat ini. Sebagian besar blok yang mengalami kesulitan air bersih, kata dia ada di Blok 5, juga di Blok 7, 8, 9, 10, dan 11.
Masalah itu menyebabkan aktivitas para penghuni di rusun tersebut terganggu. Sebagian penghuni yang tidak mendapatkan air bersih harus mencari cara atau alternatif untuk bisa mendapatkannya.
“Kadang-kadang ada yang mengalir, ada yang tidak,” kata dia, baru-baru ini.
Herymias sendiri mengaku jika berangkat bekerja, dirinya mandi di tempat kerja. Sementara itu, istrinya memilih untuk numpang mandi di blok lain. Dia mengaku sangat prihatin dengan kondisi tersebut, terlebih dirinya memiliki anak-anak yang masih kecil.
“Kenapa saya prihatin karena di keluarga saya anak kecil dua orang kami tinggal di lantai lima, jadi kayak sangat kesulitan sekali gitu, apalagi kalau malam ingin boker (buang air besar/ BAB) kan itu susah sekali,” ungkapnya.
Dia menyatakan, tidak ada stok air bersih di tiap harinya. Sehingga, mau atau tidak mau, dan suka atau tidak suka harus berusaha mencari alternatif tempat lain untuk bisa memanfaatkan air bersih. Kalaupun stok air ada, Herymas hanya menggunakannya untuk menyiram kotoran atau hasil BAB.
Para penghuni rusun Marunda yang kekurangan air bersih akan berusaha untuk bisa mendapatkannya ketika ada bantuan air bersih dari mobil-mobil tangki yang datang. Namun, mobil tangki tersebut tidak solutif juga untuk mengatasi krisis air bersih di rusun tersebut.
“Tidak ada (ganti-gantian dapat air bersih), mana ada orang ganti-gantian dalam posisi seperti itu, mana ada orang mau mengaku kalau lagi buka keran atau menampung air. Yang menampung diam-diam, yang tidak punya air teriak-teriak,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) DKI Jakarta Sarjoko mengungkap, masalah krisis air bersih yang terjadi di rusun Marunda telah terjadi setidaknya dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Menurut penuturannya, kendala utama dari masalah kekurangan air bersih tersebut lantaran debit air yang kecil.
“Setahu saya itu dua tahun terakhir keluhannya. Saya kurang tahu persis (jumlah penghuni yang terdampak) kan sudah biasa terjadi seperti itu, jadi bukan hanya kemarin. Jadi dianggapnya suplainya cukup, ternyata debitnya kurang, baru ada keluhan,” kata Sarjoko kepada Republika.
Dia mengatakan, sebagai upaya pemenuhan air bersih, dikirim sejumlah mobil tangki untuk menyuplai ke penghuni rusun Marunda. Sementara untuk jangka panjangnya, saat ini tengah dilakukan pembangunan reservoir air komunal atau bak penampung air bawah tanah.
“Sekarang PAM Jaya sedang membangun reservoir komunal. Nah, sambil menunggu proses pembangunan reservoir komunal ini, solusi sementara adalah di-backup dengan mobil tangki air bersih,” kata dia.
Namun, Sarjoko tidak bisa memastikan pengiriman mobil tangki air bersih tersebut bisa memenuhi kebutuhan penghuni rusun Marunda seberapa lama. “Itu tergantung PAM Jaya, kita hanya menyampaikan kebutuhan bahwa ada warga yang kebutuhan air bersih belum cukup,” jelasnya.
Sarjoko menegaskan, pihaknya terus berkoordinasi dengan PAM Jaya untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Dia menekankan bahwa kendala yang dialami berupa masalah suplai air memang menjadi tugas PAM Jaya untuk menyelesaikannya.
“Kendalanya kan sekali lagi dari suplai, kalau suplai itu kan domainnya PAM Jaya. Kalau dari sisi internal, dari pompa-pompa kita normal semua,” tuturnya.