Senin 20 Feb 2023 06:29 WIB

Ketum PP Muhammadiyah Ingatkan Tantangan Globalisasi dan Modernisasi

Haedar menyinggung revitalisasi agama yang turut menjadi tantangan saat ini.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengingat terkait tantangan berat yang dihadapi, yakni globalisasi dan modernisasi. Hal ini diungkapkan Haedar dalam penutupan Musyawarah Wilayah (Musywil) Muhammadiyah XIII dan 'Aisyiyah XII di Universitas 'Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Kabupaten Sleman, DIY, Ahad (19/2/2023).

"Sekarang kita berhadapan dengan tantangan baru, realitas baru, dan kehidupan global nasional dan lokal yang syarat tantangan. Dimana tantangan ini tidak cukup hanya dengan kapasitas yang biasa, tetapi memerlukan kapasitas yang superlatif, yang utama dan terbaik," kata Haedar.

Haedar menyebut, globalisasi dan modernisasi menghadirkan produk berupa revolusi industri 4.0, hingga revolusi digital. Produk tersebut, suka atau tidak suka hadir, katanya, juga melahirkan perubahan yang spektakuler di tengah masyarakat.

"Misalkan alam pikiran, alam pikiran hasil dari globalisasi dan postmodern (modernisasi). Itu relasi manusia antar manusia yang tanpa batas, artinya kita harus melintas batas," ujar Haedar.

Selain globalisasi dan modernisasi, Haedar juga menyinggung terkait revitalisasi agama yang turut menjadi tantangan saat ini. Revitalisasi agama ini, kata Haedar, melahirkan banyak paham keagamaan.

"Dari yang paling ke kiri, orang menyebutnya liberal sekuler, sampai yang kanan yang orang menyebutnya fundamentalis ekstrem. Kita harus bisa positioning bagaimana menghadirkan Islam berkemajuan," tambah Haedar.

Dalam Musywil tersebut, juga ditetapkan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY dan Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah (PWA) DIY periode 2022-2027. Haedar pun menekankan agar PWM maupun PWA untuk terus menghidupkan gerakan-gerakan yang selama ini dilakukan.

"Muhammadiyah ini harakah, pergerakan. Maka kita harus terus menghidupkan kemajuan-kemajuan dari apa yang kita capai. Alhamdulillah di DIY kita sudah punya amal-amal usaha yang maju," jelasnya.

Lebih lanjut, Haedar juga menekankan kepada kader Muhammadiyah maupun 'Aisyiyah untuk menghidupkan pemahaman Islam berkemajuan. Islam berkemajuan sendiri sudah menjadi risalah di persyarikatan Muhammadiyah.

"Ini sudah jadi risalah, mengikat kita semua," kata Haedar.

Untuk itu, Haedar berharap agar lahirnya format kepemimpinan pergerakan dari kader-kader Muhammadiyah dan 'Aisyiyah hingga ke tingkat ranting. "Kepemimpinan pergerakan itu kepemimpinan yang selalu ingin melakukan perubahan dan pembaharuan, tidak cukup dengan zona nyaman, dengan zona aman," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement