REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Sejumlah siswa SD Negeri (SDN) Argasari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, mengikuti kegiatan belajar di mushala, Senin (20/2/2023). Mereka terpaksa belajar di mushala lantaran di ruang kelas tercium bau sampah yang menyengat.
Lokasi SDN Argasari di Jalan Bantar, Kecamatan Cihideung, berjarak sekitar tujuh meter dari tempat pembuangan sementara (TPS) sampah. Letaknya terpisah oleh ruas Jalan Bantar.
Bau sampah dari TPS itu dikeluhkan para siswa. “Bau. Setiap hari juga bau,” kata Adi Purnomo (11 tahun), salah satu siswa kelas IV SDN Argasari, Senin (20/2/2023).
Adi menyebut bau sampah itu mengganggu kegiatan belajar di dalam kelas. Apalagi sehabis hujan, di mana bau sampah disebut lebih menyengat.
Apabila sudah sangat mengganggu, siswa di kelasnya dipindahkan ke ruangan lain. “Kalau bau banget (pindah) ke mushala,” ujar dia.
Siswa lainnya, Deva Albara (10), mengaku bau sampah di kelasnya tak jarang tercium seperti kotoran. Karena itu, ia berharap TPS di dekat sekolahnya segera dipindah. “Baunya kayak kotoran, sangat mengganggu. Setiap hari pasti bau,” kata siswa kelas IV itu.
Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SDN Argasari, Zaenal Ismail, menjelaskan, bau sampah yang tercium di sekolahnya ini persoalan menahun. Pihak sekolah disebut telah menempuh berbagai cara agar persoalan tersebut bisa ditangani. Namun, sampai saat ini persoalan tersebut masih terjadi.
Zaenal mencontohkan, pihak sekolah pernah menggelar musyawarah dengan warga setempat untuk memindahkan TPS tersebut. Sekolah juga sempat membuat laporan langsung ke dinas pemerintah terkait.
Belakangan ini, para guru disebut mengadu melalui nomor aduan resmi hingga melapor melalui direct message (DM) ke akun Instagram Penjabat Wali Kota Tasikmalaya Cheka Virgowansyah.
Pada awal tahun ajaran baru, sejumlah orang tua calon siswa sempat disebut memberi ultimatum tidak akan menyekolahkan anaknya ke SDN Argasari jika tidak ada kepastian persoalan bau sampah.
Ketika itu, pihak sekolah melakukan pertemuan dengan warga dan lurah, hingga dihasilkan kesepakatan bahwa TPS akan ditutup.
Setelah berbagai aduan itu, sampah yang berserakan di TPS memang dibersihkan. Namun, beberapa hari setelahnya, sampah disebut kembali menumpuk.
Bau menyengat pun kembali tercium di sekolah. “Kemarin-kemarin, saat lapor, hanya diambil sehari. Besoknya ada lagi, ada lagi,” kata Zaenal.
Pindah tempat belajar
Zaenal mengatakan, bau sampah itu sangat mengganggu kegiatan belajar mengajar (KBM). Terutama di kelas I dan kelas IV, yang letak ruangannya paling dekat dengan TPS. Tak jarang KBM dilaksanakan di luar ruang kelas karena bau sampah lebih menyengat selepas hujan.