REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Masyarakat di era Turki Utsmani atau Ottoman, dibedakan oleh keragaman dan kemewahan pakaian tradisional yang di dalamnya tercermin identitas Ottoman.
Wanita saat itu memiliki berbagai jenis pakaian tradisional, termasuk kaftan dan celana panjang yang longgar. Begitu pun pria, yang memiliki kostum mereka sendiri yang membedakan antara pria istana dan penduduk desa secara umum. Ada pula pakaian khas petani kala itu, yang menggunakan bahan seperti sutra, beludru dan brokat.
Rakyat biasa di era Turki Utsmani juga memiliki pakaian khas yang menandakan ciri dan identitas mereka. Pakaian ini dikenakan dalam kehidupan sehari-hari, baik di jalan-jalan umum, tempat kerja, maupun acara-acara pertemuan. Bahkan, pakaian tersebut tidak ditinggalkan meski ada di negara lain.
Mengapa demikian? Karena bagi mereka pakaian tradisional itu merupakan bagian integral dari identitas. Pakaian tradisional juga menjadi cara tercepat untuk mengekspresikan budaya yang dimiliki oleh orang yang mengenakan pakaian itu. Sekaligus sebagai tanda terbaik untuk mengungkapkan perbedaan yang membedakan setiap kelompok dari yang lain.
Karena itu, pakaian seolah memberi tahu banyak orang tentang gagasan dari si pemakainya, karena merupakan bagian dari identitas, kekuasaan, dan sejarah. Pakaian juga mengungkapkan dasar hierarki sosial, dan indikasi kecocokan pemakainya dengan orang lain.
Baca juga: Ketika Sayyidina Hasan Ditolak Dimakamkan Dekat Sang Kakek Muhammad SAW
Pakaian juga sangat penting dalam menentukan identitas dan sejauh mana hubungannya dengan sejarah atau tanah kelahiran. Misalnya di negara-negara Arab, masing-masing negara menikmati pakaian tradisionalnya sendiri.
Suriah memiliki lusinan pakaian tradisional, termasuk hiasan kepala dan choker, yaitu burqa kecil yang menutupi kepala, kerudung, kain hitam, dan jubah hitam panjang.
Pria Suriah juga terkenal dengan kostum tradisional berupa kemeja dan rompi warna merah cerah dan hiasan kepala dari band atau shemakh, yang digantikan oleh fez merah selama era Kekaisaran Ottoman.
Terlepas dari hal tersebut, ada yang unik dari pakaian yang digunakan oleh para pemuda di era Kesultanan Turki Utsmani pada awal abad ke-19. Pakaian unik ini khusus digunakan pada saat musim panas.
Di musim panas, para pemuda kala itu menutupi bagian tubuhnya dari pusar hingga lutut dengan selendang tipis yang biasa digunakan di kepala. Gaya berpakaian seperti ini kemudian menjadi tren paling populer di kalangan pemuda selama musim panas.