Selasa 21 Feb 2023 09:50 WIB

Dinilai Strategis, ke Depan Rekind Harus Multitalenta

Kementerian BUMN berencana mempertahankan Rekind yang fokus di rekayasa industri

Direktur Utama Rekind periode 2014-2016 Firdaus Syahril dan Direktur Keuangan Rekind 2004-2010 Coddy Soerono. Kemampuan sumber daya manusia Anak Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) ini juga diwanti-wanti agar mampu bergerak  secara multi-tasking, berkemampuan pembelajaran mesin (machine learning), serta dengan cara  kerja yang baru dan inovatif.
Foto: dok Pupuk Indonesia.
Direktur Utama Rekind periode 2014-2016 Firdaus Syahril dan Direktur Keuangan Rekind 2004-2010 Coddy Soerono. Kemampuan sumber daya manusia Anak Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) ini juga diwanti-wanti agar mampu bergerak secara multi-tasking, berkemampuan pembelajaran mesin (machine learning), serta dengan cara kerja yang baru dan inovatif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi yang tengah dihadapi PT Rekayasa Industri (Rekind) saat ini, menjadi perhatian besar banyak orang. Situasi yang tengah menyelimuti  perusahaan milik negara yang bergerak di bidang rancang bangun dan perekayasaan industri atau lebih dikenal dengan istilah EPC (Engineering, Procurement, dan Construction) itu, juga tidak luput dari perhatian teknolog industri di tanah air, termasuk  sejumlah ‘alumnus’-nya yang paham betul tentang seluk beluk perusahaan yang lahir pada 12 Agustus 1981 itu.

Harapan mereka kuat, peran Rekind harus dipertahankan, dipertajam, bahkan didorong untuk lebih mampu  bergerak dinamis sesuai perkembangan jaman (antara lain, pasar yang sangat dinamis dan teknologi yang berkembang sangat pesat). Reknd harus bergerak maju ke depan sebagai perwujudan kesiapan Anak Bangsa dalam menggarap proyek industri nasional di bidang petrokimia, mineral, infrastruktur dan utilitas, khususnya energi baru dan terbarukan serta ramah lingkungan. 

Melihat perannya yang strategis, Menteri Badan Usaha Negara, Erick Tohir juga punya perasaan senada dengan para alumnus soal Rekind. Dari sikap yang ditunjukkannya lewat media massa, Erick seolah tidak mau kehilangan Rekind sebagai back bone-nya inovasi di Indonesia. 

Makanya di hadapan Wakil Rakyat Komisi VI DPR RI, beberapa waktu lalu, menteri yang juga dikenal sebagai sosok pengusaha sukses asal Lampung Tengah ini  berjanji akan bergerak cepat untuk segera menuntaskan persoalan yang tengah menyelimuti Rekind. Apalagi sudah banyak pekerjaan luar biasa yang ditorehkan Anak Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) itu. 

“Pertahankan Rekind, karena kehadirannya sangat berguna bagi bangsa. Bahkan hasil kerja yang dilahirkannya  tidak hanya menjadi kebanggaan di tanah air, tetapi juga banyak dikagumi masyarakat serumpun, Malaysia,” harap Firdaus Syahril, Direktur Utama Rekind periode 2014-2016, mewakili alumni Rekind lainnya.   

Meskipun demikian, pria yang mengawal langsung kegiatan Rekind di Proyek Sabah Ammonia Urea (SAMUR), Malaysia milik Petronas Chemical Fertilizer Sabah Sdn Bhd (PCFSB) itu, berpesan agar Rekind bisa mempertahankan posisinya sebagai perusahaan EPC yang kuat dan andal. 

Terutama ditinjau dari kemampuannya dalam mengembangkan teknologi untuk bisa diaplikasikan  dalam proyek yang dikerjakan Rekind nantinya. Apalagi saat ini orientasi pengembangan industri cenderung mengandalkan energi ramah lingkungan dan terbarukan yang butuh keahlian khusus dan biaya yang tidak sedikit. 

Rekind juga harus meningkatkan keunggulannya agar mampu bersaing dengan perusahan-perusahaan EPC asing, sekaligus berperan strategis mengantisipasinya agar perusahaan asing tersebut tidak mendominasi lagi di negeri ini. Jika itu terjadi, kerugian yang ditanggung bangsa ini akan jauh lebih besar.

“Kreatifitas, inovasi dan ekspansi ilmu pengetahuan sampai kapanpun dibutuhkan oleh Rekind. Kita tidak bisa terpaku pada keahlian kita di bidang ini-ini saja, tapi insan Rekind harus bisa jadi pembelajar yang multi-talenta,” sergah Coddy Soerono, Direktur Keuangan Rekind 2004-2010.

Kemampuan sumber daya manusia Anak Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) ini juga diwanti-wanti agar mampu bergerak  secara multi-tasking, berkemampuan pembelajaran mesin (machine learning), serta dengan cara  kerja yang baru dan inovatif. Digitalisasi proses bisnis dan operasi sudah selayaknya digunakan tidak hanya untuk proses internal, tapi juga mencakup mencakup proses pengelolaan rantai supply barang dan jasa yang dibutuhkan. Hal ini diyakini akan dapat mendukung keunggulan Rekind secara berkelanjutan. 

“Kenyamanan merupakan sikap mental yang harus diubah.  Yang paling penting kita mau berubah atau tidak untuk menjadi yang lebih baik?” tantang pria yang juga mengenyam asam garam di General Electric (GE) Oil & Gas sebagai Direktur Komersial tahun 2011-2019 tersebut.    

Bisnis EPC yang dilakukan Rekind lanjutnya, juga sudah harus direformasi, karena  terlalu banyak risiko-risiko bisnis yang dihadapi. Untuk itu perlu juga ditanamkan kreatiifitas yang lebih dalam lagi merestruktur kontrak pengerjaan proyek.  Sudah tidak bisa kaku lagi seperti di era sebelumnya yang bisa berdampak negatif bagi perusahaan. 

“Otomatis proses bisnisnya juga berubah, skill-set yang dibutuhkan teman-teman (Reknd) juga harus berubah. Teman-teman harus mau melakukan ini demi Rekind ke depan,” lanjut pria yang dikenal ramah ini.  

Langkah-langkah tersebut diakui Firdaus Syahril juga memegang peran penting dalam menunjang eksistensi Rekind ke depan. Rekind jangan lagi mengerjakan proyek dengan cara-cara yang sama, seperti halnya 30 tahun lalu. 

Jika ada pengerjaan proyek yang proyeksi sebelumnya bisa diselesaikan dalam jangka waktu 48 bulan, dengan inovasi baru yang dikembang Rekind harus bisa jauh lebih cepat lagi. “Dengan demikian peluang Rekind selalu terbuka lebar dalam pengerjaan proyek-proyek baru,” terang Firdaus.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement