REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat merilis beberapa pembaruan terkait jadwal imunisasi anak dan remaja pada pekan lalu. Salah satunya adalah penambahan jadwal vaksin Covid-19 untuk anak dan remaja.
Jadwal yang diunggah di situs web CDC itu merekomendasikan anak dan remaja berusia enam bulan hingga 18 tahun untuk menerima dua dosis vaksin dengan jeda antara empat hingga delapan pekan. Kemudian, diikuti dengan dosis booster setidaknya delapan pekan kemudian.
Anak-anak yang memiliki masalah kekebalan tubuh sedang atau berat harus mendapat dosis ketiga vaksin Covid-19. CDC pertama kali merekomendasikan vaksin Covid-19 untuk anak berusia antara enam bulan hingga lima tahun pada Juni 2022.
Namun, vaksin tersebut sebelumnya tidak secara resmi ditambahkan ke dalam jadwal imunisasi. Pembaruan CDC itu mendapat tanggapan dari Marc Siegel, profesor kedokteran di NYU Langone Medical Center di New York City.
Siegel tidak menentang penambahan jadwal vaksin untuk anak-anak lima tahun ke atas sebab itu akan membantu menambah perlindungan untuk anak-anak berisiko tinggi, seperti yang mengidap obesitas atau diabetes. Namun, dia punya opini berbeda untuk rentang usia di bawahnya.
"Saya belum akan menambahkan enam bulan hingga lima tahun ke daftar yang direkomendasikan, tetapi saya setuju tetap menyediakannya, terutama untuk anak-anak berisiko tinggi," ujar Siegel.
Terlepas dari usia, Siegel yakin vaksin harus tetap menjadi pilihan pribadi, bukan sesuatu yang perlu diwajibkan negara. Dia menyebut bahwa ada beberapa vaksin dalam daftar CDC, termasuk influenza, yang tidak diamanatkan oleh departemen kesehatan negara bagian atau lokal.
Penambahan vaksin Covid-19 untuk anak ke dalam jadwal resmi CDC juga tidak berarti siswa harus mendapatkannya sebelum mendaftar di sekolah. "Keputusan untuk mendapatkan vaksin harus antara anak, orang tua, dan dokter anak," ucap Siegel.