REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung meluncurkan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Cicukang Holis di Kecamatan Bandung Kulon, Selasa (21/2/2023). TPST dengan teknologi RDF (refuse-derived fuel) ini merupakan hasil kerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
TPST Cicukang Holis merupakan tempat pengolahan sampah dengan teknologi RDF pertama di Kota Bandung. Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jawa Barat Oscar RH Siagian menjelaskan, TPST Cicukang Holis ini memiliki kapasitas pengolahan sepuluh ton sampah per hari.
Menurut Oscar, tahun ini akan dibangun TPST RDF di lokasi lain wilayah Kota Bandung dengan kapasitas lebih besar.
“Direncanakan ada empat lokasi TPST baru yang akan dimulai dikerjakan tahun ini, yaitu Tegallega, Nyengseret, Cicabe, dan di Pasir Impun. Seluruhnya punya kapasitas di atas 20 ton per hari, bahkan Pasir Impun itu bisa 90 ton per hari,” kata Oscar, setelah peluncuran TPST RDF Cicukang Holis.
Setelah TPST itu terbangun, Oscar memperkirakan total 220 ton sampah dapat diolah atau sekitar 15 persen dari volume sampah harian Kota Bandung, yang mencapai sekitar 1.500 ton.
TPST RDF ini dapat mengolah sampah menjadi briket, yang menjadi bahan bakar alternatif. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung Dudy Prayudi menilai, TPST RDF ini cocok dengan kondisi Kota Bandung. Di mana terdapat sentra industri yang mengandalkan batu bara untuk bahan bakar kebutuhan produksi.
Menurut Dudy, pengolahan sampah menjadi briket ini diharapkan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, sekaligus menekan volume sampah yang diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Dudy mengatakan, sistem RDF ini diklaim lebih ramah lingkungan dibandingkan sistem pembakaran. Namun, kata dia, durasi pengolahan sampah dengan teknologi RDF ini lebih lama. Mencakup pemilahan sampah, pengeringan, pencacahan, dan pembentukan sampah menjadi briket.