Selasa 21 Feb 2023 19:56 WIB

Mahfud MD Ungkap TNI Sudah Siap Gerak Kepung KKB untuk Bebaskan Pilot, Tapi ......

Mahfud tegaskan Lukas Enembe tak terkait dengan penyanderaan pilot.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Teguh Firmansyah
Pilot Susi Air, Kapten Philip Marten dalam pengusaan KKB Papua.
Foto: TPNPB OPM
Pilot Susi Air, Kapten Philip Marten dalam pengusaan KKB Papua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menegaskan, penyanderaan pilot maskapai Susi Air, Kapten Philips yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) tidak terkait dengan penangkapan Gubernur nonaktif Papua Lukas Enembe. Dia juga menyebut, tindakan KKB pimpinan Egianus Kogoya tak berhubungan dengan daerah otonomi baru (DOB) Papua.

"Tidak, ini yang menyandera orang asing ini (pilot Susi Air) adalah (Egianus) Kogoya. Kogoya ini sejak bertahun-tahun lalu sebelum ada urusan Enembe, sebelum ada DOB itu memang sudah memberontak," kata Mahfud di Kantor Kemenko Polhukam, Selasa (21/2/2023).

Baca Juga

"Tidak ada kaitannya dengan DOB dan (kasus dugaan korupsi) Lukas Enembe," kata dia menambahkan.

Mahfud mengatakan, kelompok Egianus Kogoya memang sering kali menantang prajurit TNI untuk datang ke wilayahnya. Namun, saat aparat keamanan tiba di lokasi, Egianus Kogoya dan personelnya justru tak bisa ditemukan.

"Sudah selalu mengomongkan nantang-nantang 'ayo tentara datang ke sini'. Tapi sesudah dicari hilang. Seharusnya kalau sudah nantang, muncul," ujar Mahfud.

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini mengatakan, KKB mengancam tidak akan melepaskan Kapten Philips, jika permintaan mereka tidak dipenuhi. Salah satunya, yakni keinginan agar Papua merdeka atau lepas dari Indonesia.

Namun, Mahfud mengeklaim bahwa lokasi penyanderaan pilot asal Selandia Baru tersebut telah diketahui. Bahkan, kata dia, aparat keamanan sudah siap bergerak untuk menyelamatkan Kapten Philips.

Meski demikian, dia mengungkapkan, tindakan itu tertunda. Sebab, Pemerintah Selandia Baru telah memohon kepada Indonesia agar tidak melakukan tindak kekerasan. Sehingga tak menjadi masalah yang disorot oleh dunia internasional.

"Saya katakanlah, 'loh, saya sudah tahu loh tempatnya, koordinat berapa seperti itu. Kamu sudah kita kepung sekarang'. Tetapi begitu kita mau bergerak kan pemerintah Selandia Baru datang ke sini dan 'kami memohon tidak ada tindak kekerasan karena itu warga kami agar masalah ini tidak menjadi masalah internasional. Kalau internasional itu kita yang rugi pak'," ungkap Mahfud.

"Oleh sebab itu, kita masih tangani. Ditunggu saja, mudah-mudahan ada penyelesaian," kata dia menambahkan.

Disisi lain, secara terpisah, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma Indan Gilang enggan berkomentar lebih jauh mengenai perkembangan pencarian pilot Susi Air. Dia hanya menyebut, terdapat satu helikopter Caracal TNI AU dan sejumlah personel yang diterjunkan untuk membantu pencarian Kapten Philips.

"Kalau terkait (pencarian pilot) Susi Air nanti mungkin bisa ditanyakan lebih detilnya ke  Penerangan Kodam yang di sana (Papua). Tetapi karena memang ada alutsista kita dan personel kita yang ikut dalam kegiatan tersebut. Ada satu heli Caracal yang ke sana," kata Indan kepada wartawan.

Sebelumnya, KKB kembali melakukan penyerangan pada Selasa (7/2/2023). Serangan itu dilakukan dengan cara membakar pesawat milik maskapai Susi Air yang mendarat di Bandara Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.

Penyerangan tersebut dilakukan KKB yang dipimpin Egianus Kogoya. Akibat insiden itu, sang pilot yang bernama Philips Marthen diduga disandera oleh KKB. Hingga kini, keberadaan Philips belum ditemukan. Namun, KKB sempat merilis beberapa foto dan video yang menunjukkan kondisi Philips. Dalam rekaman visual itu terlihat Philips dalam keadaan sehat dan tak terluka.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement